Sering Pusing Saat Rebahan? Kenali Faktor Penyebabnya

1 day ago 11

Fimela.com, Jakarta Salah satu penyebab paling umum dari pusing saat rebahan adalah Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Kondisi ini berkaitan dengan masalah pada telinga bagian dalam yang memengaruhi keseimbangan tubuh. Bersumber dari laman medicalnewstoday.com bukan hanya BPPV yang bisa memicu pusing. Infeksi telinga, cedera kepala, atau kondisi medis lain juga dapat menjadi penyebabnya. Jika gejala mulai sering muncul, penanganan awal bisa dilakukan dengan beristirahat cukup, menjaga hidrasi, dan menghindari gerakan kepala yang terlalu mendadak.

Pada kasus BPPV, pusing biasanya muncul ketika seseorang melakukan gerakan kepala tertentu. Rasa pusing ini datang secara tiba-tiba, berlangsung singkat, namun cukup mengganggu. Kondisi ini dikenal dengan istilah vertigo, yaitu sensasi seolah-olah lingkungan sekitar berputar meski kenyataannya tidak. 

Jika pusing yang dirasakan disebabkan oleh kondisi selain BPPV, gejalanya tidak hanya muncul saat berbaring. Pusing bisa terjadi ketika duduk, berdiri, atau bahkan saat melakukan aktivitas ringan. Karena itu, mengenali penyebab pastinya sangat penting agar penanganannya tepat. Misalnya, jika penyebabnya adalah gula darah rendah, makan teratur bisa membantu sedangkan jika karena dehidrasi, minum air putih yang cukup bisa jadi solusi sederhana.

Penjelasan dan gejala tambahan dari BPPV

BPPV sendiri terjadi ketika kristal kalsium karbonat (otoconia) yang biasanya berada di bagian telinga bernama utricle terlepas dan berpindah ke saluran setengah lingkaran yang berisi cairan. Saluran ini seharusnya tidak terpengaruh oleh gravitasi, tetapi kristal tersebut justru membuat cairan bergerak tidak semestinya. 

Pergerakan cairan yang tidak normal ini mengirimkan sinyal palsu ke otak, seolah kepala sedang bergerak. Otak kemudian kebingungan karena informasi dari telinga tidak sesuai dengan sinyal dari indera lainnya. Akibatnya, munculah sensasi berputar yang dikenal sebagai vertigo. Untuk meredakan rasa tidak nyaman ini, selain manuver kepala, dokter dapat meresepkan obat anti-mual atau obat penenang ringan agar pasien lebih nyaman saat serangan vertigo datang.

Selain itu, BPPV dapat menimbulkan gejala tambahan seperti nystagmus, yaitu gerakan bola mata yang tidak terkendali. Banyak kasus BPPV muncul tanpa penyebab jelas, namun faktor seperti cedera kepala, osteoporosis, diabetes, migrain, hingga infeksi telinga bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Pada pasien dengan faktor risiko tersebut, menjaga gaya hidup sehat, mengelola stres, dan rutin memeriksakan kesehatan dapat membantu mencegah gejala semakin sering kambuh.

Beberapa faktor lain yang bisa memicu pusing saat rebahan

Meski BPPV adalah penyebab utama, ada banyak faktor lain yang dapat menimbulkan pusing saat rebahan. Beberapa di antaranya adalah dehidrasi, gula darah rendah, anemia, stres, hingga efek samping obat-obatan tertentu. Bahkan, kondisi seperti mabuk perjalanan atau kecemasan berlebih juga bisa menjadi pemicu. Untuk mengatasinya, biasanya cukup dengan mengubah gaya hidup sederhana seperti makan makanan bergizi, cukup tidur, minum cukup air, serta melakukan relaksasi untuk mengurangi stres.

Gejala yang dialami penderita BPPV dapat berbeda-beda tergantung gerakan pemicu. Ada yang merasa seperti baru turun dari komidi putar, ada pula yang merasakan sensasi seperti berada di kapal yang terus bergoyang. Bahkan, sebagian orang merasa seolah terjatuh kembali ke tempat tidur ketika mencoba bangun. Jika gejala ini mengganggu aktivitas, melakukan latihan keseimbangan atau fisioterapi vestibular bisa membantu tubuh beradaptasi dengan perubahan gerakan kepala.

Rasa pusing dari BPPV biasanya berlangsung singkat, sekitar satu menit atau kurang, namun cukup intens untuk mengganggu keseharian. Selain vertigo, gejala lain seperti mual, muntah, kehilangan keseimbangan, hingga kesulitan berjalan bisa muncul. Inilah sebabnya, jika pusing saat rebahan terjadi berulang, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat. Dengan deteksi dini, terapi medis, dan perawatan mandiri di rumah, gejala bisa dikendalikan sehingga tidak mengganggu produktivitas.

Penulis: Alyaa Hasna Hunafa

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |