Kasus Diabetes pada Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Kenali Gejala & Pencegahannya

3 days ago 20

ringkasan

  • Kasus diabetes pada anak di Indonesia mengalami peningkatan drastis, dengan prevalensi melonjak 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun 2010.
  • Diabetes pada anak umumnya terbagi menjadi tipe 1 (autoimun, kurang insulin) dan tipe 2 (resistensi insulin, terkait gaya hidup), masing-masing memerlukan penanganan yang berbeda.
  • Deteksi dini gejala seperti sering haus, sering buang air kecil berlebih, dan penurunan berat badan drastis, serta penerapan pola hidup sehat sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius dan menjaga tumbuh kembang anak.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, angka kejadian diabetes pada anak di Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan. Penyakit metabolik kronis ini, yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal, kini tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga buah hati kita.

Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengungkapkan bahwa kasus diabetes pada anak usia 0-18 tahun telah melonjak lebih dari 1000 kasus dalam satu dekade terakhir. Bahkan, prevalensi kasus di tanah air meningkat hingga 70 kali lipat pada Januari 2023 dibandingkan tahun 2010.

Peningkatan drastis ini menjadi peringatan penting bagi kita semua untuk lebih memahami apa itu diabetes pada anak, mengenali gejalanya, serta mengetahui langkah pencegahan dan penanganan yang tepat. Memahami kondisi ini adalah kunci untuk menjaga tumbuh kembang optimal si kecil.

Mengenal Lebih Dekat Jenis-Jenis Diabetes pada Anak

Secara umum, diabetes pada anak terbagi menjadi dua jenis utama yang perlu Sahabat Fimela ketahui, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Keduanya memiliki penyebab dan karakteristik yang berbeda, sehingga penanganannya pun tidak sama.

Diabetes tipe 1 merupakan jenis yang paling sering didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Kondisi ini terjadi akibat kelainan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh anak secara keliru menyerang dan merusak sel-sel pankreas penghasil insulin. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup, bahkan sama sekali tidak menghasilkan hormon vital tersebut. Insulin sangat esensial karena membantu glukosa masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi, dan tanpa insulin yang memadai, gula akan menumpuk di aliran darah.

Berbeda dengan tipe 1, diabetes tipe 2 pada anak umumnya disebabkan oleh resistensi insulin. Ini berarti sel-sel tubuh anak kesulitan menggunakan insulin untuk memanfaatkan gula darah sebagai sumber energi. Meskipun kadang juga disertai berkurangnya produksi insulin, tipe 2 lebih rentan terjadi pada anak berusia di atas 10 tahun atau remaja. Faktor risiko utamanya meliputi riwayat keluarga dengan diabetes, berat badan berlebih atau obesitas, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak, serta kurangnya aktivitas fisik.

Waspada! Gejala Awal Diabetes pada Anak yang Sering Terabaikan

Mengenali gejala awal diabetes pada anak adalah langkah krusial untuk diagnosis dan penanganan dini, terutama karena gejalanya bisa berkembang cepat. Sahabat Fimela perlu memperhatikan beberapa tanda umum yang sering muncul, baik pada diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Salah satu gejala yang paling sering terlihat adalah anak menjadi sangat sering haus dan banyak minum, karena tubuh berusaha mengeluarkan kelebihan gula melalui urine.

Sejalan dengan itu, anak juga akan sering buang air kecil, bahkan mungkin kembali mengompol padahal sebelumnya sudah tidak. Gejala lain yang patut diwaspadai adalah nafsu makan yang meningkat ekstrem atau sering merasa lapar, namun paradoksnya, berat badan anak justru turun drastis. Penurunan berat badan ini bisa mencapai 6 kg dalam dua bulan, menandakan sel-sel tubuh tidak mendapatkan energi yang cukup dari gula darah.

Berikut adalah beberapa gejala umum diabetes pada anak yang perlu Sahabat Fimela perhatikan:

  • Sering haus dan banyak minum.
  • Sering buang air kecil, bahkan mengompol.
  • Nafsu makan meningkat namun berat badan turun drastis.
  • Kelelahan atau lesu yang berkelanjutan.
  • Penglihatan kabur.
  • Luka atau infeksi di tubuh yang sulit sembuh.
  • Kulit menghitam di area lipatan (akantosis nigrikans).
  • Mual dan muntah.
  • Sakit perut.
  • Iritabilitas dan perubahan suasana hati.

Pada kasus yang lebih serius, anak mungkin mengalami napas berbau seperti buah, yang bisa menjadi tanda kondisi darurat yang disebut ketoasidosis diabetik (KAD) yang mengancam jiwa.

Langkah Penanganan dan Pencegahan Diabetes pada Anak Sejak Dini

Penanganan diabetes pada anak harus disesuaikan dengan jenis diabetes yang diderita. Untuk anak dengan diabetes tipe 1, terapi insulin adalah kunci utama karena tubuh mereka tidak dapat memproduksi insulin sendiri. Pemberian insulin dapat dilakukan melalui suntikan harian atau menggunakan pompa insulin, dan ini merupakan kondisi kronis yang memerlukan penggunaan insulin seumur hidup.

Sementara itu, untuk diabetes tipe 2 pada anak, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan antidiabetes, dan terapi insulin juga dapat diberikan jika kondisi sudah berat. Namun, yang terpenting adalah perubahan gaya hidup. Orang tua perlu secara aktif menjaga pola makan anak dengan gizi seimbang, membatasi asupan gula dan lemak, serta mendorong anak untuk rutin berolahraga setidaknya 30-60 menit hampir setiap hari. Pembatasan waktu penggunaan gawai juga penting untuk mendorong aktivitas fisik.

Pencegahan diabetes pada anak, khususnya tipe 2, sangatlah krusial dan dapat dimulai sejak dini. Menerapkan pola makan sehat dengan memperbanyak buah dan sayur, menjaga berat badan ideal untuk menghindari obesitas, serta melakukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk deteksi dini prediabetes atau diabetes adalah langkah-langkah penting. Peran serta keluarga dalam menciptakan lingkungan hidup sehat sangat dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.

Mencegah Komplikasi Serius: Pentingnya Deteksi Dini Diabetes pada Anak

Diabetes pada anak yang tidak terdeteksi atau terlambat ditangani dapat memicu berbagai komplikasi serius yang membahayakan. Komplikasi ini bisa bersifat akut, muncul secara tiba-tiba, maupun jangka panjang yang berkembang seiring waktu. Salah satu komplikasi akut yang paling berbahaya adalah Ketoasidosis Diabetik (KAD), kondisi gawat darurat akibat penumpukan keton yang bisa menyebabkan pembengkakan otak dan berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Selain KAD, komplikasi akut lainnya meliputi hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah) dan hiperglikemia (kadar gula darah terlalu tinggi), yang keduanya memerlukan penanganan medis segera. Gejala hipoglikemia bisa berupa lapar, gemetar, berkeringat, hingga kejang dan kehilangan kesadaran, sementara hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan ekstrem.

Jika kadar gula darah tinggi terus-menerus terjadi dalam jangka panjang, dapat merusak pembuluh darah, saraf, dan organ vital anak. Ini dapat menyebabkan komplikasi kronis seperti masalah mata (retinopati diabetik) yang berisiko kebutaan, masalah ginjal (nefropati diabetik), kerusakan saraf (neuropati), serta masalah jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, deteksi dini dan pengelolaan diabetes yang ketat sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang yang merugikan pada kualitas hidup anak.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Nabila Mecadinisa
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |