Fimela.com, Jakarta Seekor kutu yang biasanya di remehkan oleh banyak orang dan berukuran hanya beberapa milimeter, ternyata bisa membawa masalah kesehatan serius yang bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Itulah yang terjadi pada penyakit Lyme, infeksi bakteri yang diam-diam masuk ke tubuh melalui gigitan kutu.Meski penyakit Lyme lebih banyak ditemukan di negara beriklim sedang, bukan berarti kita bisa lengah. Apalagi, gejalanya sering mirip dengan flu biasa sehingga mudah diabaikan.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit Lyme adalah infeksi bakteri yang menyerang berbagai sistem tubuh, mulai dari kulit, sendi, hingga sistem saraf. Penularannya terjadi ketika kutu yang terinfeksi menggigit manusia dan bakteri masuk ke aliran darah. Biasanya, kutu harus menempel di kulit selama 24–48 jam untuk bisa menularkan bakteri. Itulah mengapa deteksi dan pencegahan sedini mungkin menjadi kunci.
Gejala penyakit Lyme bisa bervariasi pada setiap orang. Salah satu ciri yang paling umum adalah munculnya ruam berbentuk lingkaran (erythema migrans) yang perlahan melebar hingga menyerupai target panah. Selain itu, penderita biasanya mengalami demam ringan hingga sedang, kelelahan berlebih, nyeri otot, serta sakit kepala
Gejala Awal yang Perlu Diwaspadai
Menariknya, ruam khas ini biasanya muncul dalam 3 hingga 30 hari setelah gigitan kutu. Namun, tidak semua penderita mengalaminya, sehingga deteksi dini sering menjadi tantangan dan penyakit ini kerap baru teridentifikasi ketika sudah memasuki tahap lanjut.
Jika tidak segera mendapatkan penanganan, penyakit Lyme dapat berkembang dari gejala awal menjadi komplikasi yang lebih serius. Infeksi yang semula hanya terbatas di kulit dan sistem kekebalan bisa menyebar ke persendian, sistem saraf, hingga jantung.
Salah satu keluhan yang sering muncul adalah nyeri sendi berpindah-pindah, terutama di lutut, yang dapat datang dan pergi tanpa sebab jelas. Di sisi lain, penyakit ini juga dapat menyerang sistem saraf, memicu gejala seperti mati rasa, kesemutan, gangguan koordinasi, atau kelemahan pada otot wajah yang dikenal sebagai Bell’s palsy.
Tak berhenti di situ, pada sebagian penderita, infeksi Lyme dapat memengaruhi fungsi jantung, menimbulkan detak jantung yang tidak teratur (Lyme carditis) dan membuat penderitanya mudah merasa lelah atau sesak napas. Karena dampaknya yang luas, mengenali gejala dan mendapatkan pengobatan sedini mungkin menjadi kunci untuk mencegah komplikasi jangka panjang.
Pencegahan Penyakit Lyme
Walaupun penyakit ini jarang terjadi di Indonesia, Sahabat Fimela tetap bisa menerapkan langkah pencegahan, terutama jika bepergian ke daerah yang memiliki risiko tinggi:
- Gunakan pakaian panjang saat berada di area hutan atau rumput tinggi.
- Oleskan obat antiserangga yang mengandung DEET.
- Periksa seluruh tubuh setelah beraktivitas di alam terbuka.
- Segera lepaskan kutu yang menempel di kulit dengan pinset khusus, hindari menghancurkannya dengan tangan.
Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala seperti ruam khas, demam, dan kelelahan setelah beraktivitas di area berisiko. Diagnosis dini dan pengobatan dengan antibiotik dapat mencegah komplikasi serius di kemudian hari.
Penyakit Lyme mengingatkan kita bahwa ancaman kesehatan tidak selalu datang dari hal yang besar, bahkan makhluk sekecil kutu pun bisa membawa dampak besar bagi tubuh. Jadi, selalu waspada dan jaga kesehatan, Sahabat Fimela.
Penulis : Annisa Kharisma Dewi
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.