Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, kita sudah mengetahui bahwa vitamin sangat penting bagi tubuh untuk membantu menjalankan metabolisme dasar, mulai dari sistem kekebalan tubuh hingga kesehatan penglihatan dan pertumbuhan sel. Nah, kebutuhan vitamin ini bisa didapatkan melalui pola makan yang seimbang dan sehat. Namun, banyak orang lebih memilih mengonsumsi suplemen vitamin yang instan karena mudah dan dianggap lebih efektif dalam menjaga kesehatan. Selain itu, kemudahan inilah yang membuat kita mengonsumsinya terlalu berlebihan.
Padahal, konsumsi vitamin dalam dosis yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan vitamin atau hipervitaminosis, dengan berbagai efek samping serius yang bahkan mengancam jiwa. Selain itu, kita juga perlu mengetahui jenis vitamin yang dikonsumsi. Vitamin biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan kelarutannya yang akan segera dijelaskan di bawah ini:
1. Vitamin Larut Air
Vitamin jenis ini mudah sekali diserap dan kelebihannya akan dibuang oleh ginjal melalui urin. Keracunan hanya terjadi jika asupan sangat melebihi batas toleransi, karena ginjal umumnya dapat mengeliminasi kelebihan. Contoh vitamin larut air yaitu: Vitamin B1 (Tiamina), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niasin), Vitamin B5 (Asam Pantotenat), Vitamin B6 (Piridoksin), Vitamin B7 (Biotin), Vitamin B9 (Folat), Vitamin B12 (Kobalamin), dan Vitamin C (Askorbat).
2. Vitamin Larut Lemak
Berbeda dengan vitamin larut air, vitamin ini justru lebih sulit untuk dieliminasi, sehingga kelebihannya dapat menumpuk dalam jaringan tubuh kita. Konsumsi yang melebihi kebutuhan harian dapat menimbulkan keracunan secara bertahap. Contoh vitamin larut lemak yaitu: Vitamin A (Retinol), Vitamin D (Kalsiferol), Vitamin E (Alfa-Tokoferol), dan Vitamin K (Filokuinon)
Dengan memahami perbedaan kelarutan dan cara kerja vitamin di dalam tubuh, kita bisa lebih bijak dalam mengonsumsi suplemen. Selalu perhatikan juga batas konsumsi harian yang dianjurkan (tolerable upper intake level/UL) dan konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan sebelum menambah asupan vitamin, ya!
Sahabat Fimela, berikut ini beberapa contoh risiko hipervitaminosis beserta dampaknya bagi kesehatan yang dilansir langsung dari medicinenet.com. Yuk, simak selengkapnya di bawah ini agar kita terlindungi dari bahayanya!
1. Overdosis Vitamin A
Vitamin A penting untuk menjaga kesehatan mata, kekebalan tubuh, dan kesehatan kulit, namun kelebihan asupannya, terutama dari suplemen, hati, atau minyak ikan, dapat menyebabkan keracunan. Vitamin A yang dikonsumsi berlebih disimpan di hati dan bisa melemahkan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis, serta menyebabkan cacat lahir bila dikonsumsi berlebihan saat periode kehamilan berlangsung. Oleh karena itu, disarankan untuk para ibu yang sedang hamil mengurangi asupan vitamin A harian.
Untuk mencegah hipervitaminosis A, batasi konsumsi hati tidak lebih dari sekali seminggu dalam porsi kecil., hindari minum suplemen vitamin A jika sudah rutin makan hati. Jangan konsumsi lebih dari 1,5 mg vitamin A per hari dari suplemen.
2. Toksisitas Vitamin B
Sebagian besar vitamin B aman untuk dikonsumsi bahkan jika melebihi dosis yang dianjurkan. Namun, dosis besar niasin atau vitamin B3 dapat menyebabkan kulit memerah. Mengonsumsinya dengan dosis besar dalam jangka waktu lama bahkan dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah.
Vitamin B6 berbahaya jika dikonsumsi 200 miligram per hari atau lebih (kebutuhan harian adalah 1,2 hingga 1,4 miligram). Overdosis dapat menyebabkan mati rasa di tangan dan kaki, suatu kondisi yang dikenal sebagai neuropati perifer. Jika overdosis sering terjadi dalam jangka waktu lama, kondisi ini dapat menjadi permanen. Oleh karena itu, demi keselamatan kita, jangan mengonsumsi lebih dari 10 miligram vitamin B6 per hari.
Vitamin B lainnya umumnya tidak beracun meskipun dikonsumsi dalam jumlah banyak, tetapi kamu tetap harus mengonsumsi suplemen di bawah pengawasan penyedia layanan kesehatan, ya!
3. Toksisitas Vitamin C
Vitamin C larut dalam air dan tidak menumpuk di dalam tubuh. Kebutuhan harian vitamin C adalah 40 miligram. Keracunan hanya mungkin terjadi jika kita mengonsumsinya dalam dosis yang sangat besar (misalnya, lebih dari 1.000 miligram sehari).
Dalam kasus ekstrim, kita mungkin akan mengalami efek samping seperti: Sakit perut, Kembung, dan Diare. Namun, kita tidak perlu khawatir akan kondisi tersebut karena gejala-gejala ini seharusnya dapat hilang ketika berhenti mengonsumsi vitamin C berlebihan.
4. Toksisitas vitamin D
Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang dan biasanya diproduksi di kulit lewat paparan sinar matahari. Rekomendasi harian untuk orang dewasa adalah 600–800 IU. Keracunan vitamin D tidak terjadi akibat makanan atau sinar matahari, tetapi bisa muncul jika mengonsumsi suplemen lebih dari 4.000 IU per hari dalam jangka panjang.
Kelebihan vitamin D ini dapat menyebabkan hiperkalsemia (kadar kalsium darah tinggi) dengan gejala seperti: Rasa haus berlebihan, sering buang air kecil, penurunan nafsu makan dan berat badan, detak jantung tidak teratur. Kerusakan jantung dan ginjal, kejang, bahkan kematian.
Suplemen dosis tinggi (seperti 60.000 IU) hanya boleh dikonsumsi atas resep dan izin dokter, ya!
5. Toksisitas Vitamin E
Jumlah vitamin E harian yang direkomendasikan adalah 3 hingga 4 miligram. Jika kita mengonsumsi lebih banyak, vitamin E akan disimpan dalam tubuh hal inilah yang kemudian menyebabkan berbagai risiko kesehatan.
Suplemen sering kali mengandung 100 hingga 1.000 miligram vitamin E dan dapat menyebabkan keracunan. Gejalanya meliputi pendarahan berlebihan (terkadang internal). Menghentikan konsumsi suplemen biasanya menghentikan pendarahan, tetapi pendarahan ke dalam otak (perdarahan intrakranial) dapat berakibat fatal. Oleh karena itu, mulai sekarang jangan mengonsumsinya secara berlebihan.
6. Toksisitas Vitamin K
Kebutuhan harian vitamin ini adalah 1 mikrogram per kilogram berat badan, jadi jika berat badan kamu 60 kilogram (132 lb), kamu memerlukan 60 mikrogram vitamin K setiap hari. Kekurangan vitamin K jarang terjadi saat ini. Meskipun vitamin ini larut dalam lemak dan disimpan dalam tubuh, tidak ada gejala toksisitas berbahaya yang dikaitkan dengan bentuk standarnya. Keracunan sebelumnya pernah dialami bayi yang menerima vitamin K3 (menadion), tetapi bentuk vitamin K itu tidak lagi digunakan.
Mengonsumsi vitamin itu memang sangat penting, tetapi mengonsumsinya secara berlebihan tidak selalu lebih baik. Jadi, pastikan kita memenuhi kebutuhan vitamin dari makanan sehari-hari dan gunakan suplemen hanya bila diperlukan atas saran tenaga medis, ya!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.