Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, mata minus atau miopia kini menjadi masalah penglihatan yang kian sering ditemui pada anak-anak, terutama di usia sekolah. Kondisi ini menyebabkan pandangan jauh menjadi kabur, sementara objek dekat tetap terlihat jelas. Penting sekali untuk memahami kondisi ini agar dapat diatasi sejak dini.
Di Indonesia, khususnya Jakarta, data menunjukkan bahwa hampir 4 dari 10 anak sekolah dasar sudah mengalami rabun jauh. Angka ini tentu mengkhawatirkan, mengingat miopia dapat memengaruhi kualitas belajar dan tumbuh kembang mereka. Deteksi dini menjadi kunci utama untuk penanganan yang efektif.
Jika tidak ditangani dengan baik, miopia tinggi pada anak berisiko memicu masalah serius di kemudian hari, seperti glaukoma hingga kebutaan. Oleh karena itu, mengenali penyebab dan cara atasi mata minus pada anak sangat krusial agar masa depan penglihatan si kecil tetap terjaga optimal.
Mengenali Penyebab Mata Minus pada Anak: Lebih dari Sekadar Gadget
Miopia terjadi ketika bentuk bola mata terlalu panjang, sehingga cahaya tidak jatuh tepat pada retina. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi pada kondisi ini, dan tidak hanya sebatas penggunaan gadget. Memahami penyebab ini adalah langkah awal untuk mencari cara atasi mata minus pada anak yang tepat.
Faktor genetik memegang peranan penting; anak dengan orang tua miopia memiliki risiko lebih tinggi. Selain itu, aktivitas jarak dekat yang berlebihan, seperti membaca atau menggunakan perangkat digital dalam waktu lama, dapat memicu pertumbuhan bola mata yang tidak normal. Ini adalah kebiasaan yang perlu diwaspadai.
Kurangnya paparan cahaya alami dan aktivitas di luar ruangan juga menjadi penyebab signifikan. Cahaya matahari membantu mengatur pertumbuhan mata, dan kekurangan vitamin D yang sering dikaitkan dengan paparan sinar matahari juga dapat memengaruhi kesehatan mata. Pastikan anak memiliki waktu bermain di luar yang cukup.
Gejala Mata Minus pada Anak yang Kerap Terabaikan Orang Tua
Anak-anak seringkali tidak menyadari atau mengeluhkan penglihatan mereka yang buram, sehingga orang tua perlu jeli mengamati tanda-tandanya. Mengenali gejala dini sangat penting sebagai bagian dari cara atasi mata minus pada anak agar penanganan bisa segera dilakukan. Perhatikan perubahan perilaku anak sehari-hari.
Beberapa tanda umum meliputi anak yang sering menyipitkan mata saat melihat jauh, kesulitan membaca papan tulis di sekolah, atau duduk terlalu dekat dengan televisi dan buku. Mereka mungkin juga sering mengedipkan atau menggosokkan mata, menunjukkan adanya ketidaknyamanan. Ini adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan.
Selain itu, keluhan sakit kepala atau mata lelah setelah membaca atau menggunakan gadget, serta keengganan melakukan aktivitas yang memerlukan detail tinggi seperti bermain puzzle, bisa menjadi indikasi miopia. Jika Sahabat Fimela menemukan beberapa gejala ini, segeralah konsultasi dengan dokter mata.
Berbagai Intervensi Efektif untuk Mengatasi dan Memperlambat Progresi Miopia
Penanganan miopia pada anak melibatkan kombinasi intervensi gaya hidup, medis, dan optik. Tujuan utamanya adalah membantu fokus cahaya pada retina dan memperlambat perkembangan minus. Ada banyak cara atasi mata minus pada anak yang bisa diterapkan, disesuaikan dengan kondisi dan usia si kecil.
Dari sisi gaya hidup, dorong anak untuk beraktivitas di luar ruangan setidaknya 90 menit sehari dan batasi penggunaan gadget. Terapkan aturan 20-20-20, pastikan pencahayaan cukup, serta berikan makanan bergizi kaya vitamin C, D, dan Omega-3. Perubahan kebiasaan ini sangat fundamental dalam menjaga kesehatan mata.
Untuk intervensi medis dan optik, kacamata minus adalah penanganan paling umum. Kini juga tersedia kacamata myopia control, lensa kontak multifokal, obat tetes mata atropin dosis rendah, hingga Orthokeratology (Ortho-K) yang dipakai saat tidur. Semua opsi ini bertujuan untuk memperlambat laju peningkatan minus pada anak.
Pemeriksaan mata rutin sangat krusial untuk deteksi dini dan pemantauan. Dokter Artha Latief, Sp.M, menekankan bahwa penanganan sedini mungkin membantu mengendalikan progresivitas minus. Jika tidak ditangani, miopia berat berisiko menimbulkan komplikasi serius seperti glaukoma atau lepasnya retina di kemudian hari.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.