ringkasan
- Masa transisi setelah resign dapat memicu emosi kompleks seperti kesedihan, yang penting untuk diakui dan diproses melalui jurnal atau percakapan.
- Membangun rutinitas harian yang terstruktur dan mempraktikkan perawatan diri seperti olahraga sangat krusial untuk menjaga kesejahteraan fisik dan mental.
- Mencari dukungan sosial, mendefinisikan ulang identitas, menetapkan tujuan realistis, serta perencanaan keuangan dan bantuan profesional adalah strategi penting untuk menjaga stabilitas mental.
Fimela.com, Jakarta Mengundurkan diri dari pekerjaan, meskipun merupakan pilihan pribadi, sering kali memicu serangkaian emosi yang kompleks. Periode antara berhenti dari pekerjaan lama dan memulai babak baru ini dapat menjadi fase yang sangat menantang bagi kesehatan mental seseorang. Para ahli psikologi bahkan menyebut bahwa pengalaman ini dapat menyerupai emosi yang dirasakan setelah kehilangan orang yang dicintai, seperti kesedihan dan frustrasi.
Transisi ini menuntut penyesuaian besar dalam rutinitas harian, identitas diri, serta kondisi finansial. Oleh karena itu, penting sekali bagi Sahabat Fimela untuk mempersiapkan diri dan menerapkan strategi yang tepat agar kesehatan mental tetap terjaga. Memahami dan mengelola emosi yang muncul adalah kunci utama dalam menghadapi periode krusial ini.
Fokus pada kesejahteraan mental selama masa transisi ini bukan hanya tentang menghindari stres, melainkan juga tentang membangun fondasi yang kuat untuk masa depan. Dengan perencanaan dan kesadaran diri, Anda dapat melewati fase ini dengan lebih tenang dan siap menyambut peluang baru.
Mengakui Emosi dan Membangun Rutinitas Baru
Masa setelah resign dapat memicu berbagai emosi, mulai dari kesedihan, frustrasi, hingga rasa bersalah. Penting untuk tidak menekan perasaan ini. Menurut Grand Rising Behavioral Health, "Emosi seperti kesedihan, frustrasi, dan bahkan rasa bersalah adalah hal yang umum, dan membiarkan diri Anda merasakannya tanpa penilaian adalah langkah pertama yang vital." Proses mengakui dan melabeli emosi ini, berdasarkan teori regulasi emosi, akan mengarah pada hasil mental yang lebih baik dan peningkatan ketahanan diri. Menulis jurnal atau berbicara dengan teman tepercaya dapat menjadi cara efektif untuk mengeksplorasi perasaan ini.
Kehilangan rutinitas kerja yang terstruktur dapat menyebabkan perasaan terasing dan tanpa tujuan. Oleh karena itu, membangun jadwal harian yang baru sangat krusial. Grand Rising Behavioral Health menyatakan, "Membangun jadwal harian yang terstruktur membantu mengembalikan rasa tujuan dan normalitas." Rutinitas ini tidak hanya mengisi waktu luang, tetapi juga memberikan ritme pada hari Anda, membuatnya lebih mudah untuk tetap produktif dan akuntabel.
Dalam rutinitas baru ini, sertakan waktu untuk aktivitas yang beragam. Alokasikan jam khusus untuk mencari pekerjaan, berolahraga, melakukan perawatan diri, makan teratur, dan bersantai. Keseimbangan antara aktivitas produktif dan rekreasi akan membantu menjaga kesehatan mental setelah resign tetap stabil dan mencegah perasaan hampa.
Prioritaskan Perawatan Diri dan Dukungan Sosial
Perawatan diri adalah aspek fundamental untuk menjaga kesejahteraan fisik dan mental selama masa transisi. TalktoAngel menekankan, "Fokus pada pola tidur yang sehat, makan makanan bergizi, dan tetap aktif secara fisik. Kesehatan fisik secara signifikan memengaruhi kesejahteraan mental." Olahraga, khususnya, terbukti dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, dan memerangi gejala depresi dengan meningkatkan kadar endorfin dan serotonin.
Selain aktivitas fisik, praktikkan teknik relaksasi seperti mindfulness, meditasi, atau pernapasan dalam. Teknik-teknik ini sangat membantu dalam mengelola kecemasan yang mungkin muncul akibat ketidakpastian. Memberikan perhatian pada kebutuhan dasar tubuh adalah investasi penting untuk menjaga kesehatan mental setelah resign.
Isolasi sosial seringkali menjadi tantangan bagi individu yang menganggur atau dalam masa transisi pekerjaan. TalktoAngel menyatakan, "Mempertahankan ikatan sosial yang kuat adalah salah satu penangkal terbaik terhadap tantangan kesehatan mental." Berinteraksi dengan orang terkasih, teman, atau mantan rekan kerja dapat memberikan validasi dan dukungan emosional. Bergabung dengan kelompok dukungan atau forum online juga bisa menjadi sumber inspirasi dan rasa kebersamaan.
Menata Ulang Tujuan dan Kesiapan Finansial
Pekerjaan seringkali terkait erat dengan identitas dan tujuan seseorang. Setelah resign, penting untuk mendefinisikan ulang identitas Anda di luar peran profesional. Grand Rising Behavioral Health menyarankan, "Alihkan fokus Anda dari kehilangan pekerjaan ke aspek lain dari identitas Anda; pertimbangkan kekuatan dan kontribusi Anda di luar pekerjaan." Mengeksplorasi peluang pendidikan atau pengembangan keterampilan baru dapat membantu dalam pengembangan pribadi dan menumbuhkan rasa pencapaian serta tujuan yang baru.
Menetapkan tujuan yang realistis adalah kunci untuk menghindari kekecewaan. IDN Times mengingatkan, "Salah satu musuh terbesar dari berganti karier adalah ekspektasi yang Anda tempatkan pada diri sendiri." Jangan berharap mendapatkan pekerjaan baru dengan sangat cepat atau langsung mendapatkan gaji tinggi. Membangun ketahanan mental melalui tujuan yang realistis, mengembangkan pola pikir positif, dan merangkul perubahan akan sangat membantu dalam mengelola tantangan.
Perencanaan keuangan yang matang sebelum mengundurkan diri dapat secara signifikan mengurangi stres. Neurish Wellness menyarankan, "Pastikan Anda memiliki tabungan atau rencana untuk mengelola pengeluaran sebelum meninggalkan pekerjaan Anda. Jika tidak, Anda mungkin akan menukar satu jenis stres dengan jenis stres lainnya." Kesiapan finansial memberikan rasa aman dan mengurangi tekanan psikologis selama masa transisi ini. Jika perasaan putus asa, keputusasaan, atau gejala fisik memburuk atau bertahan lebih dari beberapa minggu, jangan ragu mencari bantuan profesional. Asteroid Health menekankan pentingnya berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental, konselor, atau terapis untuk dukungan dan perawatan penting. Intervensi psikologis seperti Terapi Perilaku Kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan depresi.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.