Mengenal Sindrom Radiasi Akut, dan Bahayanya Bagi Kesehatan

6 days ago 25

ringkasan

  • Sindrom Radiasi Akut (SRA) adalah kondisi serius akibat paparan radiasi pengion dosis tinggi ke seluruh atau sebagian besar tubuh dalam waktu singkat, yang dapat merusak DNA dan menyebabkan kegagalan organ.
  • Tingkat keparahan SRA bergantung pada dosis radiasi, di mana dosis di atas 0,72 Gray dapat menimbulkan gejala serius dan dosis ekstrem (>10 Gy) memiliki peluang selamat yang sangat rendah.
  • SRA berkembang melalui empat tahapan: prodromal (gejala awal), laten (kerusakan tersembunyi), manifestasi penyakit (kerusakan organ kritis), hingga pemulihan atau kematian, dengan penanganan berfokus pada perawatan suportif d

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda membayangkan bagaimana tubuh bereaksi terhadap paparan radiasi yang sangat ekstrem? Sindrom Radiasi Akut (SRA), atau dikenal juga sebagai penyakit radiasi, merupakan kondisi medis serius yang sangat jarang terjadi.

Kondisi ini timbul ketika tubuh terpapar radiasi pengion dalam dosis tinggi, biasanya ke seluruh atau sebagian besar tubuh, dalam waktu yang sangat singkat, hanya dalam hitungan menit.

SRA bukan hanya sekadar keracunan biasa, melainkan dampak kesehatan parah yang dapat muncul dalam 24 jam setelah paparan, bahkan setara dengan 18.000 kali rontgen dada sekaligus.

Apa Itu Sindrom Radiasi Akut dan Penyebabnya?

Sindrom Radiasi Akut (SRA) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat tubuh menyerap radiasi pengion dalam dosis besar dan waktu singkat, umumnya lebih dari 0,72 Gray (75 rad). Kondisi langka ini biasanya hanya terjadi dalam situasi ekstrem, seperti insiden nuklir atau kecelakaan industri yang melibatkan sumber radiasi berkekuatan tinggi.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), radiasi pengion memiliki energi cukup untuk merusak materi genetik sel hidup, termasuk DNA. Kerusakan ini bisa terjadi langsung dengan memutus ikatan DNA atau tidak langsung melalui ion berbahaya dari molekul air.

Beberapa kriteria penting yang menyebabkan paparan radiasi memicu SRA meliputi dosis radiasi yang tinggi, kemampuan radiasi menembus organ dalam, paparan pada seluruh atau sebagian besar tubuh, serta paparan yang diterima dalam waktu singkat, biasanya hitungan menit.

Sumber paparan radiasi tinggi yang berpotensi menyebabkan SRA sangat spesifik. Ini termasuk ledakan radioaktif atau senjata nuklir, kecelakaan industri atau reaktor nuklir seperti Chernobyl atau Fukushima, serta kesalahan penanganan bahan radioaktif atau radioterapi yang tidak terkontrol. Kontaminasi juga bisa terjadi melalui udara, makanan, atau air.

Tingkat Keparahan dan Dosis Radiasi yang Berbahaya

Tingkat keparahan Sindrom Radiasi Akut sangat bergantung pada dosis radiasi yang diserap tubuh, yang diukur dalam satuan Gray (Gy). Dosis yang berbeda akan menimbulkan respons tubuh yang bervariasi, dari gejala ringan hingga kondisi yang fatal.

Dosis radiasi kurang dari 0,5 Gy umumnya tidak menyebabkan gejala akut yang serius, sementara dosis 1–2 Gy dapat memicu gejala ringan seperti mual dan muntah. Namun, pada dosis 2–6 Gy, SRA tergolong tingkat sedang dan memerlukan perawatan medis intensif, dengan dosis 4,5 Gy saja dapat menyebabkan mortalitas hampir 50%.

SRA menjadi sangat berat pada dosis 6–8 Gy, dengan risiko kematian tinggi tanpa penanganan cepat. Dosis di atas 8 Gy menunjukkan peluang selamat yang sangat rendah, bahkan dosis 10 Gy dapat menyebabkan kematian dalam dua minggu. Yang paling ekstrem, dosis 50 Gy atau lebih bisa berakibat fatal dalam hitungan jam hingga 2-3 hari setelah paparan.

Empat Tahapan Gejala Sindrom Radiasi Akut

Perjalanan Sindrom Radiasi Akut terbagi menjadi empat tahapan utama yang menunjukkan perkembangan kerusakan pada tubuh.

1. Fase Prodromal (Awal) Fase ini muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam atau hari setelah paparan radiasi. Gejala yang umum meliputi mual, muntah, diare, sakit kepala, demam, pusing, dan kelelahan. Tingkat keparahan gejala sangat berhubungan langsung dengan dosis radiasi yang diterima; semakin tinggi dosisnya, semakin parah gejala yang dirasakan. Muntah menjadi salah satu tanda awal yang paling khas dari paparan radiasi.

2. Fase Laten Setelah gejala awal mereda, pasien mungkin akan merasakan kondisi yang lebih baik untuk sementara waktu. Fase laten ini dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung pada dosis radiasi yang diserap tubuh. Meskipun tidak ada gejala yang terlihat secara langsung, kerusakan sel dan jaringan di dalam tubuh tetap terus berlangsung.

3. Fase Manifestasi Penyakit (Kritis) Pada tahapan ini, gejala kembali muncul dan memburuk, menandakan kerusakan organ yang signifikan. SRA dapat memengaruhi beberapa sistem organ utama, yang dikelompokkan menjadi sindrom-sindrom spesifik:

  • Sindrom Hematopoietik (Sumsum Tulang): Terjadi pada dosis 0,7 hingga 10 Gy. Kerusakan sumsum tulang menyebabkan penurunan sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit, meningkatkan risiko infeksi, anemia, serta perdarahan. Ini seringkali menjadi penyebab utama kematian.
  • Sindrom Gastrointestinal: Muncul pada dosis sekitar 6-30 Gy. Gejala meliputi mual, muntah parah, diare, kram perut, dehidrasi, dan ketidakseimbangan elektrolit. Kerusakan lapisan saluran pencernaan dapat memicu infeksi dan perdarahan internal.
  • Sindrom Serebrovaskular (Sistem Saraf Pusat): Ini adalah bentuk SRA paling parah, terjadi pada dosis di atas 10 Gy, bahkan lebih dari 50 Gy. Gejala muncul sangat cepat, dalam hitungan menit hingga jam, meliputi kebingungan, disorientasi, sakit kepala parah, kejang, hingga kehilangan kesadaran. Kondisi ini seringkali fatal dalam beberapa jam hingga 1-2 hari.
  • Sindrom Kutaneus (Kulit): Kerusakan kulit dapat terlihat dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah paparan. Gejalanya mencakup kemerahan (eritema), bengkak, gatal, lepuh, ulserasi, dan kerontokan rambut.

4. Fase Pemulihan atau Kematian Tahap akhir ini sangat bergantung pada dosis radiasi yang diterima dan efektivitas penanganan medis. Pasien akan memasuki fase pemulihan yang bisa memakan waktu lama, dari beberapa minggu hingga dua tahun, atau sebaliknya, meninggal dunia. Dalam kasus paparan radiasi yang sangat tinggi, kematian dapat terjadi dalam beberapa hari atau minggu setelah insiden.

Penanganan Medis untuk Sindrom Radiasi Akut

Penanganan Sindrom Radiasi Akut berfokus pada perawatan suportif dan mitigasi komplikasi yang muncul. Tujuannya adalah untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut, menangani kerusakan yang mengancam jiwa, serta mengurangi gejala dan rasa sakit.

Langkah awal yang krusial adalah dekontaminasi, yaitu pembuangan partikel radioaktif eksternal dari tubuh. Setelah itu, perawatan suportif menjadi prioritas utama. Ini mencakup pencegahan dehidrasi, pengobatan infeksi dengan antibiotik, penanganan luka atau luka bakar, serta transfusi darah untuk mengatasi anemia atau perdarahan.

Untuk memulihkan fungsi sumsum tulang yang rusak, dapat diberikan stimulasi sumsum tulang melalui protein seperti faktor perangsang koloni granulosit (G-CSF). Ini membantu mendorong pertumbuhan sel darah putih dan mempercepat pemulihan.

Jika terjadi kontaminasi internal, beberapa agen khusus dapat digunakan. Kalium iodida efektif untuk memblokir penyerapan yodium radioaktif oleh tiroid. Biru Prusia berfungsi mengikat partikel unsur radioaktif seperti cesium dan talium, sementara DTPA (Diethylenetriamine pentaacetate) digunakan untuk mengikat plutonium, americium, dan curium. Penanganan kegawatdaruratan juga mencakup stabilisasi jalan napas, manajemen pernapasan, dan resusitasi cairan yang adekuat.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Nabila Mecadinisa
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |