Jungkook BTS Mengaku Mengidap ADHD Dewasa, Bagaimana Ciri dan Perbedaan dengan ADHD Anak

1 week ago 4

Fimela.com, Jakarta Salah satu member BTS, Jeon Jungkook, mengejutkan penggemar di seluruh dunia dengan sebuah pengakuan saat sesi live di Weverse. Awalnya hanya tur rumah santai dan penuh canda, berubah menjadi momen emosional ketika sang penyanyi membuka diri soal perjuangannya menghadapi ADHD.

Idol berusia 28 tahun yang akrab disapa Golden Maknae itu terlihat rileks saat mengajak ARMY melihat-lihat sebagian rumahnya. Fans mendapat kesempatan mengintip set televisi, tangga, hingga sudut gym sebelum Jungkook kembali duduk di sofa untuk mengobrol lagi. Ia juga mengejutkan penggemar dengan memperlihatkan tindik baru di bawah bibirnya. 

“Aku yakin beberapa ARMY juga berulang tahun hari ini. Jadi aku ingin mengucapkan selamat juga. Aku baru tindik di sini, meski sekarang masih merah,” ujar Jungkook

Energi cerianya dan gerakan konstan sangat terlihat, hingga sebuah komentar dari penonton mengubah suasana siaran langsung tersebut. Ketika seorang penggemar memintanya untuk tidak terlalu banyak bergerak, Jungkook menanggapinya dengan jujur, untuk pertama kalinya mengungkap bahwa dirinya memiliki ADHD dewasa.

“Aku tidak bisa menahannya. Aku semacam punya ADHD dewasa. Karena itu aku terus bergerak begini,” ungkapnya. 

Para penonton live itu langsung memuji keterbukaannya membicarakan hal yang sering dianggap tabu. Menurut  American Psychiatric Association, 2013, ADHD merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian (inattention), perilaku impulsif, dan/atau hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan usia seseorang. 

Kondisi ini biasanya muncul sejak masa kanak-kanak dan bisa berlanjut hingga dewasa. Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition), ADHD digolongkan sebagai neurodevelopmental disorder (gangguan perkembangan saraf).

ADHD Dewasa yang Diidap Jungkook BTS dan Perbedaanya dengan ADHD Anak

Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), ADHD sering kali berlanjut dari masa kanak-kanak ke usia dewasa, tetapi dalam beberapa kasus baru dikenali saat dewasa. Gejala utamanya tetap sama (inattentive, hiperaktif, impulsif), tetapi bentuknya bisa berbeda sesuai dengan tantangan kehidupan orang dewasa.

Mayo Clinic menjelaskan bahwa ADHD dewasa mungkin tidak terdiagnosis di masa kecil, karena gejalanya dianggap sebagai sifat pribadi (misalnya pelupa, mudah terdistraksi). Diagnosis baru diberikan setelah masalah tersebut mengganggu pekerjaan, hubungan, atau kehidupan sehari-hari.

ADHD pada orang dewasa adalah gangguan kesehatan mental yang mencakup kombinasi masalah persisten, seperti kesulitan memperhatikan, hiperaktif, dan perilaku impulsif. Dapat menyebabkan hubungan yang tidak stabil, kinerja buruk di tempat kerja atau sekolah, harga diri rendah, dan masalah lainnya.

Meskipun disebut ADHD dewasa, gejalanya dimulai sejak masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa. Dalam beberapa kasus, ADHD tidak dikenali atau didiagnosis hingga penderitanya dewasa. Gejala ADHD dewasa mungkin tidak sejelas gejala ADHD pada anak-anak.  Pada orang dewasa, hiperaktivitas mungkin berkurang, tetapi kesulitan dengan impulsif, kegelisahan, dan kesulitan memperhatikan mungkin masih berlanjut.

Perawatan untuk ADHD dewasa serupa dengan perawatan untuk ADHD anak-anak. Perawatan ADHD dewasa meliputi pengobatan, konseling psikologis (psikoterapi), dan perawatan untuk kondisi kesehatan mental apa pun yang muncul bersamaan dengan ADHD.

Gejala ADHD Dewasa

Beberapa orang dengan ADHD mengalami berkurangnya gejala seiring bertambahnya usia, tetapi sebagian orang dewasa tetap memiliki gejala utama yang cukup mengganggu fungsi sehari-hari. Pada orang dewasa, ciri utama ADHD dapat mencakup kesulitan memusatkan perhatian, impulsif, dan rasa gelisah. Gejala bisa berkisar dari ringan hingga berat.

Banyak orang dewasa dengan ADHD tidak menyadari bahwa mereka mengalaminya — mereka hanya merasa bahwa tugas-tugas sehari-hari selalu menjadi tantangan. Orang dewasa dengan ADHD mungkin kesulitan fokus dan menentukan prioritas, sehingga sering melewatkan tenggat waktu, lupa janji pertemuan, atau rencana sosial. Ketidakmampuan mengendalikan impuls bisa muncul mulai dari tidak sabar saat mengantre atau mengemudi di lalu lintas, hingga perubahan suasana hati dan ledakan amarah.

Gejala ADHD pada orang dewasa dapat mencakup: Impulsi, kesulitan menentukan prioritas, manajemen waktu yang buruk, sulit fokus pada suatu tugas, sulit melakukan multitugas, aktivitas berlebihan atau rasa gelisah, perencanaan yang buruk, toleransi frustasi rendah, sering mengalami perubahan suasana hati, sulit menuntaskan dan menyelesaikan tugas, mudah marah, dan kesulitan menghadapi stres

Perilaku normal vs ADHD

Hampir semua orang pernah mengalami gejala mirip ADHD pada suatu waktu dalam hidupnya. Namun, jika kesulitan tersebut baru terjadi belakangan ini atau hanya muncul sesekali, kemungkinan besar itu bukan ADHD.

ADHD hanya didiagnosis bila gejalanya cukup berat hingga menyebabkan masalah berkelanjutan di lebih dari satu aspek kehidupan. Gejala tersebut biasanya dapat ditelusuri kembali hingga masa kanak-kanak.

Mendiagnosis ADHD pada orang dewasa bisa sulit karena beberapa gejala mirip dengan kondisi lain, seperti kecemasan atau gangguan suasana hati. Selain itu, banyak orang dewasa dengan ADHD juga memiliki kondisi kesehatan mental lain, seperti depresi atau kecemasan. Jika gejala-gejala di atas terus-menerus mengganggu hidupmu, bicarakan dengan dokter apakah mungkin memiliki ADHD.

Tidak Perlu Malu Mengakui Mengidap ADHD

ADHD bukan kelemahan, tapi cara kerja otak yang berbeda. Banyak selebriti justru mengaitkan kreativitas, spontanitas, dan daya fokus unik mereka dengan kondisi ADHD.

Jika mengalami gejala-gejala ADHD tidak perlu malu dan ragu untuk langsung berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Perlu ditekankan ADHD adalah kondisi medis, bukan kelemahan pribadi. Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), ADHD adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat ditangani dengan obat, terapi, dan strategi pendukung, sehingga penderita bisa tetap produktif dan berfungsi dengan baik. 

Diagnosis dini membantu, Mayo Clinic menekankan bahwa banyak orang dewasa tidak sadar memiliki ADHD, dan baru menyadari setelah masalah pekerjaan, hubungan, atau stres sehari-hari muncul. Dengan diagnosis yang tepat, gejala bisa dikelola secara efektif.

WHO menyatakan bahwa salah satu tantangan terbesar ADHD adalah stigma sosial. Padahal, dengan perawatan yang tepat (obat, terapi perilaku, dukungan keluarga), individu dengan ADHD dapat hidup sehat dan sukses 

Untuk itu, jangan malu atau menutupi ADHD. Penting untuk mencari diagnosis dan penanganan sejak dini. Dengan terapi, obat, dan dukungan sosial, banyak orang dengan ADHD bisa berprestasi, sukses, dan memiliki kualitas hidup tinggi.

Beberapa artis juga mengakui mengalami ADHD namun tetap produktivitas, misalnya  Justin Timberlake pernah mengakui bahwa dirinya mengalami kombinasi antara Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dan Attention Deficit Disorder (ADD)—istilah lama yang kini lebih dikenal sebagai ADHD. Dalam sebuah wawancara saat promosi film The Love Guru, ia berkata: 

"Saya punya OCD campur ADD. Coba saja hidup dengan keduanya. Rumit,” katanya

Lembaga ADHD Foundation pernah menyebut—melalui media sosial seperti Facebook—bahwa Emma Watson didiagnosis dengan ADHD saat masih anak-anak dan mendapatkan pengobatan (medikasi) selama syuting Harry Potter. Hal serupa juga dikonfirmasi oleh sumber seperti IMDb, yang menyatakan bahwa Emma didiagnosis ADHD saat usia muda dan diberikan Ritalin karena kesulitan diam.

Melansir Child Mild Institute,  Adam Levine pernah mengungkap bahwa ia didiagnosis dengan ADHD saat remaja, karena kerap kesulitan fokus dan menyelesaikan pekerjaan sekolah. Dia menyebut diagnosis tersebut bukanlah hal mengejutkan bagi dirinya karena gejalanya sudah terlihat sejak kecil.

Levine menyadari bahwa ADHD yang dideritanya tidak hilang seiring waktu. Bahkan sebagai orang dewasa, ia dan orang di sekitarnya masih melihat gejalanya, terutama terkait fokus. Dia menyatakan, “Kalau aku tidak bisa fokus, aku benar-benar tidak bisa fokus,” katanya.

Adam berperan dalam kampanye Own It, yang bertujuan mendorong orang dewasa yang didiagnosis ADHD masa kecil untuk sadar bahwa gejalanya bisa tetap ada dan penting untuk dikelola. Dalam kampanye itu, ia menyarankan agar orang yang merasakan gejalanya kembali segera berkonsultasi dengan dokter. Pengobatan ADHD bisa dengan obat atau terapi, untuk obat sendiri berkisar Rp1 juta untuk 30 tablet sesuai dengan jenis obat. Namun harus dengan resep dokter 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |