Hari Jantung Sedunia 2025: “Don’t Miss A Beat” saatnya Generasi Muda Lebih Peduli Kesehatan Jantung

2 weeks ago 36

Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal 29 September, dunia memperingati Hari Jantung Sedunia sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan jantung. Tahun ini, Yayasan Jantung Indonesia (YJI) mengusung tema global “Don’t Miss A Beat” sebagai ajakan untuk tidak melewatkan satu detak pun dalam menjaga organ vital yang menjadi pusat kehidupan.

Ketua Umum YJI, Annisa Pohan Yudhoyono, menjelaskan bahwa tema ini mengingatkan masyarakat agar lebih peduli dengan pencegahan sejak dini. “Melalui Panca Usaha Jantung SEHAT, kami mendorong masyarakat untuk menerapkan langkah holistik: Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hadapi dan atasi stres, Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga,” jelasnya.

Empat Pilar Aksi “Don’t Miss A Beat”

Dalam rilis yang Fimela terima, terdapat pesan utama Hari Jantung Sedunia 2025 dituangkan dalam empat langkah sederhana yang bisa diterapkan siapa saja antara lain:

  • Dengarkan tubuh dengan rutin memantau tekanan darah dan mewaspadai gejala seperti kelelahan.
  • Lakukan pencegahan melalui berhenti merokok dan pemeriksaan kesehatan berkala.
  • Aktif bergerak dengan olahraga teratur untuk menjaga kebugaran.
  • Sayangi diri dan sekitar lewat pola makan bergizi seimbang dan pengelolaan stres.

Ketua Bidang Komunikasi YJI, Iwet Ramadhan, menambahkan bahwa deteksi dini menjadi kunci. “Pemeriksaan rutin, termasuk tekanan darah dan gula darah, sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius. Karena itu, YJI konsisten menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis untuk masyarakat,” ujarnya, dalam rilis yang Fimela terima hari ini (29/9).

Fakta Mengejutkan: Penyakit Jantung Banyak Menyerang Usia Produktif

Penyakit jantung sering kali dianggap identik dengan usia lanjut. Namun, data terbaru justru menunjukkan hal berbeda. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, kelompok usia 25–34 tahun tercatat sebagai penderita jantung terbanyak dengan 140.206 orang, sedikit lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 15–24 tahun yang mencapai 139.891 orang.

Angka ini menegaskan bahwa generasi muda semakin rentan terkena penyakit jantung. Gaya hidup tidak sehat—mulai dari pola makan tidak seimbang, kurang aktivitas fisik, kebiasaan merokok hingga konsumsi alkohol—menjadi faktor pemicu utama. Selain itu, stres berlebihan dan faktor genetik juga memperbesar risiko.

Kelompok usia produktif lainnya pun tidak luput:

  • 35–44 tahun: 131.595 pasien
  • 45–54 tahun: 113.367 pasien
  • 55–64 tahun: 81.723 pasien
  • 65–74 tahun: 44.881 pasien
  • 75 tahun ke atas: 16.632 pasien

Data ini menunjukkan bahwa penyakit jantung kini bukan hanya persoalan lansia, melainkan ancaman nyata bagi generasi produktif. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah komprehensif—mulai dari kebijakan pemerintah, dukungan tenaga kesehatan, hingga partisipasi aktif masyarakat—untuk menekan jumlah kasus.

Ancaman Lain terhadap Penyakit Jantung Rematik (PJR)

Selain penyakit jantung koroner, Indonesia juga menghadapi masalah Penyakit Jantung Rematik (PJR) yang masih tergolong tinggi. Indonesia termasuk negara endemik dengan perkiraan 1,18 juta kasus PJR, menempati peringkat ke-4 tertinggi di dunia setelah Tiongkok, India, dan Pakistan, dengan tingkat kematian 4,8 per 100.000 populasi.

PJR terjadi akibat komplikasi demam rematik akut, yang biasanya menyerang anak usia 5–14 tahun. Penyakit ini berawal dari infeksi tenggorokan akibat bakteri Streptococcus. Jika tidak ditangani, antibodi tubuh justru dapat menyerang katup jantung karena kemiripan struktur molekul, menyebabkan peradangan hingga gagal jantung.

Pencegahan PJR dapat dilakukan dengan mengobati infeksi tenggorokan sedini mungkin menggunakan antibiotik yang diresepkan dokter, menjaga kebersihan diri, serta menerapkan gaya hidup sehat. Jika sudah terdiagnosis, pasien perlu pengobatan jangka panjang, pemantauan rutin, dan kepatuhan pada terapi medis.

Menjaga Irama Jantung untuk Menjaga Kehidupan

Annisa Pohan menegaskan, “Panca Usaha Jantung SEHAT dirancang untuk mudah diingat dan diterapkan. Seperti orkestra, jantung adalah konduktor hidup kita. Dengan langkah sederhana ini, kita bisa menjaga irama jantung agar kehidupan lebih panjang, sehat, dan bermakna.”

Momentum Hari Jantung Sedunia bukan sekadar seremonial, melainkan pengingat bahwa kesehatan jantung adalah tanggung jawab bersama. Dengan kesadaran, pencegahan dini, dan gaya hidup sehat, generasi muda Indonesia dapat terlindungi dari ancaman penyakit jantung yang kian mengintai. Tetap jaga kesehatan ya, Sahabat Fimela.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ayu Puji Lestari
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |