Fakta Unik: Pola Makan Jang Wonyoung IVE yang Tergantung Mood, Sehatkah Kebiasaan Ini?

4 days ago 11

ringkasan

  • Jang Wonyoung IVE memiliki pola makan yang sangat dipengaruhi mood, di mana ia bisa makan banyak saat ingin atau kehilangan nafsu makan saat stres.
  • Fenomena ini dikenal sebagai <em>emotional eating</em>, respons terhadap emosi yang dapat menyebabkan makan berlebihan atau melewatkan makan.
  • Meskipun ada potensi sehat dari makan perlahan dan pilihan nutrisi, melewatkan makan karena stres dapat berisiko pada kesehatan jangka panjang dan memerlukan strategi koping yang sehat.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah Anda merasa nafsu makan berubah drastis sesuai suasana hati? Fenomena ini ternyata dialami juga oleh bintang K-Pop Jang Wonyoung dari grup IVE, yang dikenal memiliki pola makan unik yang sangat dipengaruhi oleh mood-nya.

Saat merasa ingin, Wonyoung bisa makan dalam porsi besar, namun ketika stres atau sibuk, ia cenderung kehilangan nafsu makan dan memilih untuk tidak makan banyak. Kebiasaan ini memicu pertanyaan tentang bagaimana emosi memengaruhi asupan nutrisi seseorang.

Pola makan Jang Wonyoung IVE yang tergantung mood ini, meskipun terlihat sebagai cara menjaga tubuh ramping, mengundang perhatian para ahli kesehatan untuk mengulas dampak potensialnya bagi tubuh dalam jangka panjang.

Pola Makan Unik Jang Wonyoung IVE: Antara Stres dan Selera

Penyanyi dan visual grup IVE, Jang Wonyoung, seringkali menjadi sorotan karena penampilannya yang ramping dan proporsional. Dalam sebuah wawancara, ia secara terbuka mengungkapkan bahwa kebiasaan makannya sangat terikat pada suasana hati dan kondisi emosionalnya.

Wonyoung menyatakan, "Saya makan banyak ketika saya mau, tetapi ketika saya bekerja atau stres, saya cenderung kehilangan nafsu makan, jadi saya tidak makan banyak selama periode sibuk." Ia juga menambahkan preferensinya untuk mengonsumsi makanan yang benar-benar ia nikmati, bahkan rela melewatkan makan jika tidak menemukan hidangan yang sesuai selera.

Kebiasaan ini, di mana ia kadang melewatkan makan saat stres, secara tidak sengaja menyerupai konsep puasa intermiten, meskipun ia tidak mengikuti jadwal diet ketat. Menariknya, Wonyoung juga dikenal makan dengan sangat lambat, bahkan bisa menghabiskan waktu hingga tiga jam untuk makan malam dengan gaya "Parisian", serta berfokus pada asupan protein tanpa lemak, buah-buahan, sayuran, dan makanan kaya serat.

Memahami Emotional Eating: Perspektif Ahli Gizi

Pola makan yang dipengaruhi mood, atau yang dikenal sebagai emotional eating, adalah kondisi umum di mana seseorang mengonsumsi makanan bukan karena lapar fisik, melainkan sebagai respons terhadap emosi yang sulit. Makanan, terutama yang tinggi lemak, gula, dan garam, seringkali memberikan kenyamanan sementara.

Stres, misalnya, dapat meningkatkan kadar kortisol dalam tubuh, hormon yang memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi dan menenangkan. Ini adalah mekanisme koping yang seringkali tidak disadari oleh individu yang mengalaminya.

Kasey Kilpatrick, seorang ahli diet terkemuka di Houston Methodist, menjelaskan bahwa emotional eating seringkali tidak ada hubungannya dengan kurangnya kontrol diri. Ia menegaskan, "Realitasnya adalah, sebagian besar waktu, makan emosional tidak ada hubungannya dengan kurangnya kontrol diri. Bahkan, Anda mungkin memiliki banyak kontrol diri!"

Kilpatrick menambahkan bahwa akar masalahnya adalah emosi tidak nyaman yang mendorong seseorang mencari makanan sebagai cara untuk mengatasinya. Hubungan antara makanan dan mood memang kompleks; apa yang kita makan juga dapat memengaruhi suasana hati kita, menciptakan siklus yang perlu dipahami.

Dampak Pola Makan Berbasis Mood pada Kesehatan: Dua Sisi Mata Uang

Sahabat Fimela, pola makan yang sangat bergantung pada mood dapat memiliki berbagai dampak pada kesehatan, tergantung pada frekuensi, jenis makanan yang dipilih, dan bagaimana seseorang mengelola emosinya secara keseluruhan.

Potensi Bahaya:

  • Kelebihan Kalori dan Penambahan Berat Badan: Emotional eating seringkali memicu konsumsi kalori berlebihan yang tidak dibutuhkan, meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas.
  • Masalah Fisik: Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan penurunan energi, sakit kepala, mual, dan sakit perut.
  • Dampak Psikologis Negatif: Perasaan bersalah, malu, dan rendah diri sering muncul setelah makan emosional, memperburuk siklus negatif.
  • Gangguan Nutrisi: Melewatkan makan secara teratur karena stres, seperti yang kadang dilakukan Wonyoung, dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi, melemahkan kekebalan tubuh, dan mengurangi stamina.
  • Menghambat Mekanisme Koping Sehat: Mengandalkan makanan untuk mengatasi emosi dapat menghambat pengembangan cara-cara yang lebih sehat untuk menghadapi perasaan sulit.

Potensi Sehat (Jika Dikelola dengan Baik):

  • Kontrol Berat Badan Melalui Makan Lambat: Kebiasaan Wonyoung makan perlahan adalah praktik sehat yang memberi otak waktu untuk mendaftarkan rasa kenyang, mencegah makan berlebihan.
  • Pilihan Makanan Bergizi: Fokus pada makanan utuh, protein tanpa lemak, buah-buahan, sayuran, dan serat adalah dasar diet sehat yang baik untuk tubuh.
  • Mengurangi Ngemil Tidak Perlu: Memilih hanya makan makanan yang disukai dapat mengurangi keinginan untuk ngemil yang tidak perlu dan tidak sehat.
  • Makan dengan Kesadaran (Mindful Eating): Praktik ini membantu membedakan antara lapar fisik dan emosional, memungkinkan pilihan makanan yang lebih sadar dan terkontrol.

Pola makan Jang Wonyoung IVE yang tergantung mood ini adalah pedang bermata dua. Meskipun ada aspek positifnya, potensi risiko kesehatan jangka panjang, terutama jika sering melewatkan makan karena stres, perlu menjadi perhatian serius.

Strategi Sehat Mengelola Pola Makan Saat Mood Berantakan

Mengelola emotional eating memerlukan kesadaran diri dan pengembangan strategi koping yang sehat, Sahabat Fimela. Berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat membantu Anda mengendalikan pola makan saat mood sedang tidak stabil:

  • Kenali Pemicu dan Pola Anda: Buatlah jurnal makanan dan mood untuk mengidentifikasi kapan dan mengapa Anda cenderung makan secara emosional. Tanyakan pada diri sendiri apakah Anda benar-benar lapar atau hanya ingin mengubah perasaan.
  • Kembangkan Mekanisme Koping Baru: Alihkan perhatian dari makanan dengan melakukan aktivitas lain seperti berjalan kaki, membaca, mendengarkan musik, atau melakukan hobi. Latih teknik manajemen stres seperti yoga atau meditasi.
  • Ciptakan Lingkungan yang Mendukung: Singkirkan makanan "penghibur" yang tidak sehat dari rumah dan pastikan Anda memiliki pilihan camilan sehat yang mudah dijangkau.
  • Praktikkan Makan dengan Kesadaran (Mindful Eating): Makanlah perlahan dan nikmati setiap gigitan. Hindari makan di depan TV atau komputer agar tidak makan tanpa sadar.
  • Jaga Keseimbangan Nutrisi: Makanlah secara teratur untuk menjaga kadar gula darah stabil. Pilih makanan yang melepaskan energi secara perlahan seperti protein, biji-bijian utuh, dan serat. Pastikan asupan protein dan lemak sehat cukup untuk fungsi otak dan regulasi mood.
  • Hindari Pembatasan Berlebihan: Jangan terlalu membatasi diri. Izinkan diri Anda menikmati camilan sesekali dalam jumlah sedang untuk menghindari keinginan makan yang lebih kuat.
  • Cari Dukungan: Bersandar pada teman, keluarga, atau pertimbangkan mencari bantuan profesional dari ahli gizi atau terapis jika emotional eating sulit dikendalikan sendiri.
  • Bersikap Baik pada Diri Sendiri: Apabila Anda mengalami kemunduran, maafkan diri Anda dan belajarlah dari pengalaman tersebut tanpa menghakimi diri sendiri.

Mengelola pola makan yang dipengaruhi mood adalah sebuah proses berkelanjutan. Dengan kesadaran, strategi yang tepat, dan dukungan yang memadai, Sahabat Fimela dapat mengembangkan kebiasaan makan yang lebih sehat dan hubungan yang lebih baik dengan makanan serta emosi Anda.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Vinsensia Dianawanti

    Author

    Vinsensia Dianawanti
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |