Fimela.com, Jakarta Fenomena kemarau basah di mana musim kemarau tetap disertai curah hujan tinggi semakin sering terjadi akibat perubahan iklim global. Kondisi ini menciptakan cuaca yang tidak stabil, dengan kelembapan udara yang tinggi namun sinar matahari tetap terik. Perpaduan ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah atau tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kurang memadai.
Dalam cuaca lembab berkepanjangan di musim kemarau, dilansir dari sumber thejoint.com risiko gangguan pernapasan seperti batuk, pilek, dan asma cenderung meningkat. Selain itu, kelembaban yang tinggi juga menjadi pemicu munculnya jamur, bakteri, dan nyamuk pembawa penyakit seperti demam berdarah. Bagi sebagian orang, kondisi ini juga dapat memperparah alergi kulit atau menyebabkan infeksi karena tubuh lebih rentan terhadap kuman yang berkembang di lingkungan lembab.
Untuk menjaga kesehatan selama musim kemarau basah, penting untuk lebih waspada terhadap perubahan cuaca dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dengan memahami efek dari cuaca tak biasa ini, kita bisa lebih siap menghadapi dampaknya dan tetap menjaga kesehatan secara optimal.
Gangguan pernapasan
Kelembaban tinggi selama kemarau basah bisa memicu berbagai gangguan pernapasan, terutama bagi penderita asma atau alergi. Lingkungan yang lembab kerap memicu iritasi pada saluran napas. Ditambah lagi, perubahan suhu yang ekstrim antara panas terik dan hujan mendadak dapat menurunkan imunitas tubuh, sehingga lebih mudah terserang flu, batuk, atau infeksi saluran pernapasan atas. Untuk mencegahnya, penting menjaga sirkulasi udara tetap baik di rumah dan meminimalkan paparan alergen yang bisa memicu reaksi tubuh.
Bakteri yang cepat menyebar
Kemarau basah dengan kelembaban tinggi menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan dan penyebaran bakteri secara cepat. Hujan yang turun tiba-tiba sering kali menimbulkan genangan air, dan ditambah dengan suhu hangat, menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab berbagai penyakit seperti iritasi kulit, diare, hingga infeksi saluran kemih. Ancaman ini semakin besar di wilayah padat penduduk yang memiliki sanitasi kurang memadai. Untuk itu, menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan serta memastikan air yang digunakan tetap bersih dan aman sangat penting guna mencegah risiko infeksi selama cuaca tidak menentu berlangsung.
Alergi dan infeksi kulit
Selama kemarau basah tak hanya berdampak pada sistem pernapasan, tapi juga membuat kulit lebih rentan terhadap alergi dan infeksi. Kelembaban tinggi dapat memicu iritasi, terutama di area tubuh yang tertutup dan sering berkeringat, seperti lipatan kulit. Lingkungan yang basah dan hangat juga menjadi tempat ideal bagi jamur dan bakteri penyebab gatal, ruam, atau infeksi kulit. Bagi pemilik kulit sensitif, kondisi ini bisa memperburuk gangguan kulit seperti eksim atau dermatitis. Untuk mencegahnya, penting menjaga tubuh tetap bersih dan kering, menggunakan pakaian yang menyerap keringat, serta menjaga sirkulasi udara tetap baik.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.