Fimela.com, Malang September diperingati sebagai Bulan Kesadaran Kanker Ovarium di seluruh dunia, sebuah momentum penting untuk meningkatkan pemahaman tentang salah satu jenis kanker ginekologi paling mematikan. Kanker ovarium seringkali disebut sebagai "silent killer" karena gejalanya yang sulit dideteksi pada tahap awal, namun dampaknya sangat serius bagi kesehatan wanita. Peningkatan kesadaran tentang penyakit ini menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan dan penanganan yang lebih baik.
Data menunjukkan bahwa meskipun kanker ovarium hanya mewakili 1% dari semua kasus kanker baru, penyakit ini merupakan penyebab kematian kelima terbesar akibat kanker pada wanita. Tingkat kematian yang tinggi ini sebagian besar disebabkan oleh diagnosis yang terlambat, karena gejala awalnya sering diabaikan atau disalahartikan sebagai gangguan pencernaan biasa. Oleh karena itu, edukasi dan kesadaran masyarakat menjadi sangat penting untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Dr. Pedro T. Ramirez, ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi di Houston Methodist, telah memberikan wawasan mendalam tentang berbagai aspek kanker ovarium. Informasi dari ahli terkemuka ini akan membantu wanita memahami resiko, mengenali gejala, dan mengetahui pilihan pengobatan yang tersedia saat ini. Pengetahuan ini diharapkan dapat memberdayakan wanita untuk mengambil langkah proaktif dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka.
Faktor Resiko yang Perlu Diwaspadai
Usia merupakan faktor risiko utama kanker ovarium, dengan sebagian besar kasus terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun, terutama setelah menopause. Perubahan hormonal yang terjadi seiring bertambahnya usia diduga berperan dalam peningkatan risiko ini. Wanita yang telah mengalami menopause memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan mereka yang masih dalam usia reproduktif.
Riwayat keluarga juga memegang peranan penting dalam menentukan risiko kanker ovarium. Wanita yang memiliki kerabat dekat seperti ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan dengan riwayat kanker ovarium, payudara, atau kolorektal memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini. Faktor genetik ini menunjukkan adanya predisposisi herediter yang perlu mendapat perhatian khusus.
Mutasi genetik, khususnya BRCA1 dan BRCA2, secara signifikan meningkatkan peluang mengembangkan kanker ovarium. Wanita dengan mutasi BRCA1 memiliki risiko 35-70% untuk mengembangkan kanker ovarium, sedangkan mereka dengan mutasi BRCA2 memiliki risiko 10-30%. Faktor risiko lainnya meliputi tidak pernah hamil, menstruasi pertama yang sangat dini, menopause yang terlambat, dan kondisi seperti endometriosis. Namun, penting untuk dicatat bahwa sebagian besar wanita yang mengembangkan kanker ovarium tidak memiliki mutasi genetik yang diketahui atau riwayat keluarga, sehingga setiap wanita perlu waspada terhadap gejalanya.
Gejala Kanker Ovarium yang Sering Diabaikan
Gejala kanker ovarium seringkali sangat halus pada tahap awal dan mudah disalahartikan sebagai gangguan pencernaan atau masalah ginekologi ringan. Kembung atau pembengkakan perut yang persisten merupakan salah satu gejala paling umum, namun sering diabaikan karena dianggap normal bagi wanita. Gejala ini berbeda dari kembung biasa karena bersifat terus-menerus dan tidak hilang dengan perubahan pola makan atau aktivitas.
Rasa kenyang yang cepat meskipun hanya makan dalam jumlah kecil juga merupakan tanda peringatan yang perlu diperhatikan. Wanita dengan kanker ovarium sering melaporkan bahwa mereka tidak dapat menghabiskan porsi makanan seperti biasa karena merasa penuh dengan cepat. Gejala ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Nyeri yang persisten di area perut, punggung, atau panggul merupakan gejala lain yang perlu diwaspadai. Nyeri ini berbeda dari nyeri menstruasi normal karena bersifat terus-menerus dan tidak mengikuti siklus bulanan. Perubahan kebiasaan buang air kecil seperti frekuensi yang meningkat atau rasa mendesak, serta perubahan pola buang air besar seperti konstipasi atau diare yang tidak biasa, juga dapat menjadi indikasi adanya masalah pada ovarium.
Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan dan penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas merupakan gejala sistemik yang dapat menyertai kanker ovarium. Yang membedakan gejala-gejala ini dari kondisi biasa adalah persistensinya. Jika gejala-gejala tersebut terjadi hampir setiap hari selama beberapa minggu dan tidak kunjung membaik, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.
Langkah Preventif dan Deteksi Dini
Meskipun tidak ada metode pencegahan yang mutlak untuk kanker ovarium, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko. Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang telah terbukti menurunkan risiko kanker ovarium hingga 50%. Kehamilan dan menyusui juga memberikan efek protektif karena mengurangi jumlah ovulasi selama hidup, yang diduga berkaitan dengan penurunan risiko kanker.
Bagi wanita dengan risiko tinggi, terutama mereka yang memiliki mutasi BRCA atau riwayat keluarga yang kuat, konsultasi genetik dapat sangat bermanfaat. Tes genetik dapat membantu mengidentifikasi apakah seseorang membawa mutasi yang meningkatkan risiko kanker ovarium. Berdasarkan hasil tes ini, dokter dapat merekomendasikan strategi pencegahan yang lebih intensif, termasuk kemungkinan operasi profilaksis.
Deteksi dini kanker ovarium masih menjadi tantangan karena belum ada tes skrining yang efektif. Namun, wanita dengan risiko tinggi mungkin disarankan untuk menjalani pemeriksaan rutin termasuk USG transvaginal dan tes darah CA-125. Meskipun tes ini tidak sempurna, kombinasi keduanya dapat membantu dalam deteksi dini pada populasi berisiko tinggi.
Yang terpenting adalah kesadaran akan gejala dan tidak ragu untuk mencari bantuan medis ketika mengalami gejala yang mencurigakan. Komunikasi yang terbuka dengan dokter tentang riwayat keluarga, faktor risiko, dan gejala yang dialami dapat membantu dalam diagnosis yang lebih cepat dan akurat.
Pentingnya kesadaran, pengenalan gejala sejak dini, dan akses terhadap pilihan pengobatan yang berkembang merupakan kunci utama dalam memperbaiki outcome pasien kanker ovarium. Setiap wanita memiliki peran dalam menjaga kesehatan reproduksinya dengan tetap waspada terhadap perubahan tubuh dan tidak ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan ketika diperlukan. Dengan pengetahuan yang tepat dan dukungan yang memadai, perjuangan melawan kanker ovarium dapat dihadapi dengan lebih baik dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih sehat.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.