Fimela.com, Jakarta Makanan instan memang jadi penyelamat di tengah kesibukan. Praktis, cepat disajikan, dan rasanya pun seringkali menggugah selera. Tapi di balik kepraktisannya, konsumsi makanan instan secara berlebihan bisa membawa dampak serius bagi kesehatan. Sahabat Fimela mungkin tidak langsung merasakannya, tapi dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa memengaruhi berbagai fungsi tubuh.
Dilansir dari herbana (23/7), berikut 5 dampak buruk yang dapat dirasakan jika kebanyakan mengonsumsi makanan instan:
1. Tinggi Kandungan Natrium
Seperti kebanyakan makanan olahan, makanan instan mengandung garam dalam jumlah besar. Hal ini bisa langsung terlihat saat membaca informasi nilai gizi pada kemasannya. Dalam satu porsi saja, kadar natrium bisa mencapai dua pertiga dari batas konsumsi harian yang disarankan.
Meski tubuh tetap membutuhkan garam dalam jumlah tertentu, kelebihan natrium justru dapat membahayakan kesehatan. Sebuah studi tahun 2014 menunjukkan bahwa konsumsi garam berlebih meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke, yang semuanya berkaitan dengan angka kematian lebih tinggi.
2. Mengandung Bahan Tambahan dan Pengawet
Agar rasa makin gurih, makanan instan biasanya mengandung berbagai zat aditif seperti MSG (monosodium glutamate). Meski sering dianggap aman dalam jumlah terbatas, konsumsi MSG secara berlebihan dapat menyebabkan beberapa efek samping, seperti sakit kepala, mual, tekanan darah meningkat, bahkan nyeri dada pada individu yang sensitif.
Selain itu, pengawet seperti BHA (butylated hydroxyanisole) dan TBHQ (t-butylhydroquinone) juga umum ditemukan dalam produk instan. Meski berfungsi memperpanjang umur simpan, bahan-bahan ini dikenal sebagai zat karsinogenik dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti diare dan nyeri perut.
3. Lebih Sulit Dicerna oleh Tubuh
Beberapa studi menyebutkan bahwa makanan instan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Tak hanya itu, makanan yang sangat diproses juga tidak memberikan efek yang sama seperti karbohidrat kompleks. Pencernaan bisa menjadi lebih berat, kadar gula darah menjadi tidak stabil, dan kerja insulin dalam tubuh bisa terganggu.
4. Berpotensi Mengganggu Metabolisme
Proses pembuatan makanan instan seringkali melibatkan bahan sintetik dan cara pengolahan seperti penggorengan dalam minyak yang banyak. Sebungkus mi instan, misalnya, bisa mengandung sekitar 14 gram lemak jenuh, setara dengan 40% dari batas asupan lemak harian.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan instan dalam jumlah besar berkaitan dengan meningkatnya risiko sindrom metabolik, termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan stroke. Bahkan, perempuan yang rutin mengonsumsi makanan instan disebut memiliki risiko lebih besar terkena sindrom metabolik, meskipun memiliki pola makan atau aktivitas fisik yang tergolong sehat.
5. Minim Kandungan Gizi
Kalori tinggi, tapi nilai gizinya rendah, itulah salah satu masalah utama dari makanan instan. Umumnya, makanan instan kekurangan protein, serat, vitamin, dan mineral yang penting bagi tubuh. Tanpa cukup protein dan serat, rasa kenyang tidak bertahan lama, sehingga bisa memicu keinginan makan berlebihan. Selain itu, pola makan rendah serat juga bisa menyebabkan sembelit dan mengurangi jumlah bakteri baik di dalam usus, yang penting untuk sistem imun dan pencernaan.
Mengandalkan makanan instan sesekali memang tidak jadi masalah, apalagi di saat darurat atau hari yang sangat sibuk. Namun, sahabat Fimela perlu bijak dan cermat dalam mengatur frekuensi konsumsinya. Menjaga tubuh tetap sehat dimulai dari apa yang kita pilih setiap hari, bahkan dari satu porsi makanan sederhana.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.