Fimela.com, Jakarta Jepang selama ini dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat stres tertinggi di dunia. Tekanan kerja yang ekstrem, tuntutan sosial yang berat, serta budaya perfeksionis membuat banyak orang hidup di bawah beban psikis yang luar biasa. Dalam laporan Kementerian Kesehatan Jepang, angka bunuh diri masih berkisar lebih dari 16 kasus per 100.000 penduduk, salah satu yang tertinggi di antara negara maju.
Kenyataan ini mengingatkan kita di Indonesia, bahwa stres yang dibiarkan tanpa penanganan bisa berdampak fatal. Di tengah situasi inilah muncul sebuah tren unik di Jepang, yang belakangan viral dan menjadi bahan perbincangan dunia. Meiso Kukan Kanoke-in, atau dalam bahasa Indonesia berarti “ruang meditasi dalam peti mati”.
Mengenal Meiso Kukan Kanoke-in: Ruang Meditasi yang Tak Biasa
Di tengah hiruk pikuk Tokyo, tepatnya di kawasan Takadanobaba, berdiri sebuah tempat meditasi yang sekilas tampak seperti rumah duka. Namun di balik pintunya, pengunjung justru datang bukan untuk berkabung, melainkan untuk menenangkan diri. Di sinilah konsep Meiso Kukan Kanoke-in lahir — sebuah pengalaman meditasi di dalam peti mati sungguhan.
Nama unik ini terdiri dari beberapa kata: 'meiso' berarti meditasi, 'kukan' berarti ruang, dan 'kanoke' berarti peti mati. Jadi, secara harfiah, tempat ini adalah “ruang meditasi dalam peti mati”. Meskipun terdengar menyeramkan, justru di situlah letak kekuatannya: mengajarkan orang untuk merenung tentang hidup lewat simbol kematian.
Para peserta masuk ke dalam sebuah peti kayu yang didesain menyerupai peti pemakaman Jepang, lengkap dengan bantalan lembut dan pencahayaan redup. Di langit-langit peti terpasang proyektor mini yang menampilkan visual lembut — awan yang bergerak pelan, bunga sakura yang gugur, atau langit senja. Musik ambient mengalun pelan di telinga, menciptakan suasana tenang di antara gelap dan sunyi.
Proses Meditasi di Dalam Peti Mati
Setiap sesi berlangsung sekitar 30 menit, dan peserta diundang untuk benar-benar “menyerahkan diri” pada suasana hening. Tutup peti bisa ditutup sebagian sesuai kenyamanan peserta. Selama meditasi, mereka diarahkan untuk memusatkan perhatian pada napas dan pikiran yang datang dan pergi, seolah tengah “melihat” hidup dari luar tubuh mereka sendiri.
Tujuannya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menghadirkan kesadaran eksistensial— kesadaran bahwa hidup ini terbatas, dan bahwa setiap detik memiliki nilai. Dengan menghadapi simbol kematian secara langsung, diharapkan peserta bisa merefleksikan apa yang benar-benar penting dalam hidup.
Setelah sesi berakhir, peserta menuliskan pesan refleksi di buku kecil yang disediakan. Sebagian menulis kata-kata sederhana seperti, “Aku ingin hidup lebih tenang,” atau “Aku harus lebih menghargai waktu bersama keluarga.” Pesan-pesan itu kemudian disusun dalam sebuah jurnal yang boleh dibaca oleh pengunjung berikutnya, menciptakan semacam rantai kesadaran antarindividu yang belum pernah bertemu.
Reaksi dan Dampak pada Masyarakat Jepang
Walau baru beberapa bulan beroperasi, Meiso Kukan Kanoke-in telah menjadi viral di media sosial Jepang dan dunia. Banyak yang menganggap ide ini aneh, bahkan agak menyeramkan. Namun tak sedikit juga yang mengaku menemukan efek terapeutik setelah mencobanya.
Beberapa pengunjung mengatakan bahwa setelah keluar dari peti mati, mereka merasa “lebih ringan” dan “lebih sadar tentang hidup”. Seorang pekerja kantoran yang diwawancarai media lokal menyebut pengalaman itu “seperti menekan tombol reset di kepala.” Ada pula yang mengaku menangis selama sesi, bukan karena takut, melainkan karena merasa akhirnya bisa benar-benar “berhenti” dari tekanan hidup sejenak.
Tentu, tidak semua orang bisa menikmati pengalaman ini. Mereka yang memiliki klaustrofobia atau trauma tertentu disarankan untuk tidak mencobanya. Namun bagi sebagian besar pengunjung, menghadapi kematian dalam suasana yang aman dan terkendali justru menjadi bentuk pelepasan emosional yang efektif.
Harga dan Akses
Untuk merasakan pengalaman unik ini, pengunjung cukup membayar sekitar 2.000 yen (sekitar Rp 250 ribu) per sesi berdurasi 30 menit. Sesi diadakan beberapa kali sehari, dengan kapasitas terbatas agar suasana tetap tenang dan personal. Peserta wajib berusia di atas 18 tahun dan dalam kondisi fisik serta mental yang baik.
Meski terlihat sederhana, konsep ini memerlukan persiapan matang: ruangan kedap suara, pengaturan cahaya, hingga pelatihan instruktur meditasi khusus yang mendampingi peserta sebelum dan sesudah sesi.
Refleksi untuk Indonesia
Fenomena Meiso Kukan Kanoke-in menunjukkan bahwa terapi dan relaksasi tidak selalu harus datang dalam bentuk konvensional. Jepang, yang dikenal rasional dan modern, justru menemukan jalan baru lewat simbolisme kuno: kematian sebagai cermin kehidupan.
Bagi kita di Indonesia, ide ini bisa menjadi inspirasi. Dalam masyarakat yang semakin kompetitif dan terhubung secara digital, stres mudah menumpuk tanpa disadari. Meiso Kukan Kanoke-in memberi pesan sederhana namun mendalam: untuk benar-benar hidup, kita harus sesekali berhenti — menatap keheningan, menengok sisi gelap kehidupan, dan dari sana menemukan cahaya baru.
Inovasi seperti ini membuktikan bahwa dalam menghadapi stres, terkadang manusia tidak butuh hal megah — cukup ruang sunyi untuk berdialog dengan dirinya sendiri. Dan di Jepang, ruang itu kebetulan berbentuk peti mati.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5407189/original/079155400_1762674493-pexels-pavel-danilyuk-7317678.jpg)
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5407190/original/054171200_1762674494-kanokein-001-2048x1189.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5407000/original/051341600_1762658476-Photo_1b_-_Insto_Luncurkan_Kampanye__Bebas_Mata_SePeLe_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/fimela/watermark-color-landscape.png,1080,20,0)/kly-media-production/medias/5406775/original/098703800_1762597749-EMC.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5385452/original/076138800_1760932617-pexels-alena-shekhovtcova-6940982.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4922627/original/046210700_1724092326-ype_of__51_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5382927/original/034822000_1760608458-pexels-vanyaoboleninov-935777.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3594302/original/026919200_1633510732-beautiful-woman-driving-red-cabrio.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5354773/original/046067200_1758264505-pexels-shiny-diamond-3762402.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5389334/original/018433500_1761194496-pexels-cottonbro-5858855.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5193511/original/087932500_1745228162-Mengurnagi_gula.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5240628/original/027500000_1748927316-Tidur_nyaman_dan_nyenyak.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5388098/original/068765800_1761111406-pexels-shvets-production-8417431.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5142956/original/094872700_1740479861-MAsker_telur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5131935/original/083422000_1739432264-pexels-olly-3771069.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379159/original/068517600_1760337871-Kuning_telur.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5400568/original/057442100_1762139949-pexels-hartonosbg-34350959.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381714/original/070893100_1760515770-pexels-polina-tankilevitch-3735192.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5219128/original/091172500_1747206985-Merokok.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5259024/original/058264000_1750408255-jcomp..jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3979545/original/015122200_1648628924-mikail-duran-wUQerJEG1JA-unsplash.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5298429/original/057572300_1753760902-air_kelapa_muda.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5293725/original/021772500_1753341297-erick-larregui-u_LUSLLgNmk-unsplash__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5030065/original/074732100_1732950202-ciri-ciri-stroke-pada-wajah.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5133435/original/016283200_1739537346-Pemeriksaan_mata.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5299590/original/059970500_1753845254-perut_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5305813/original/048097000_1754367090-kipas_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5294730/original/099634100_1753416145-apel_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5202775/original/022027800_1745908270-Minum_kopi.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4620950/original/039726600_1698055340-national-cancer-institute-0izFVmwJ5pw-unsplash.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3237281/original/041852100_1600068948-pexels-pixabay-158053.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4473044/original/064557600_1687224414-perfect-smile-with-white-teeth-closeup.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3242692/original/062475100_1600495293-WhatsApp_Image_2020-09-18_at_6.57.08_PM.jpeg)