Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, tahukah kamu bahwa pada tahun 2022, sebuah kisah unik dan mencengangkan datang dari Jepang dan sempat menjadi sorotan dunia? Seorang pria bernama Akihoko Kondo secara resmi “menikahi” karakter anime favoritnya, dan kisahnya menarik perhatian media internasional dan banyak dibahas bahkan hingga kini. Kondo mengungkapkan bahwa ia merasa lebih nyaman dan terhubung secara emosional dengan karakter fiksi daripada dengan manusia nyata.
Melansir dari treatmyocd.com, fenomena ini ternyata tidak hanya dialami oleh Kondo saja. Banyak orang di berbagai negara juga merasakan ketertarikan emosional yang sangat kuat terhadap karakter-karakter dari anime, manga, novel, maupun video game yang mereka tonton dan mainkan setiap hari.
Ketertarikan ini dikenal dengan istilah fictophilia dan fiktoseksualitas—dua istilah yang menggambarkan hubungan emosional atau seksual yang seseorang rasakan terhadap karakter fiksi, baik yang bersifat romantis maupun seksual. Nah, apakah Sahabat Fimela penasaran dengan fenomena ini? Yuk, langsung saja kita simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Apa Itu Fictophilia?
Fictophilia adalah istilah umum yang merujuk pada keterikatan emosional yang sangat kuat terhadap karakter fiksi. Keterikatan ini bisa bersifat romantis maupun seksual terhadap karakter yang berasal dari komik, buku, film, kartun, hingga video game.
Fenomena ini kemudian digolongkan sebagai bentuk keterikatan parasosial—yaitu hubungan emosional sepihak yang terbentuk tanpa adanya interaksi langsung dari kedua belah pihak. Biasanya, hubungan parasosial ini tidak hanya terbatas pada karakter fiksi saja, tetapi juga bisa terjadi dengan selebritas, atlet, penyanyi, aktor, influencer, hingga pembawa acara TV atau radio.
Saat seseorang memiliki keterikatan parasosial, mereka bisa merasakan seolah-olah benar-benar mengenal tokoh tersebut, meskipun interaksi yang terjadi sepenuhnya bersifat imajinatif dan sepihak. Misalnya, seseorang yang sangat mengidolakan karakter anime tertentu mungkin merasa bahwa karakter tersebut memahami perasaannya, bahkan mampu menghiburnya di saat-saat sulit, meskipun sebenarnya hubungan itu hanya berlangsung di dalam imajinasinya sendiri.
Beberapa bentuk spesifik dari fictophilia meliputi:
- Ketertarikan pada karakter anime (animesexual).
- Ketertarikan pada karakter kartun atau komik (cartosexual).
- Ketertarikan pada karakter novel atau novel visual (booklosexual).
- Ketertarikan pada karakter video game (gamosexual).
Apa Itu Fiktoseksualitas?
Berbeda dengan fictophilia, fictoseksualitas merujuk pada ketertarikan seksual yang dialami seseorang terhadap karakter fiksi. Definisi yang paling disepakati untuk istilah ini adalah ketika seseorang menginginkan hubungan seksual dengan karakter fiksi dan tidak mengejar manusia di dunia nyata. Penting untuk dicatat juga bahwa tidak semua orang yang mengidentifikasi sebagai fictosexual menolak interaksi dengan manusia nyata ya, karena beberapa dari mereka mungkin juga masih merasakan ketertarikan terhadap orang di dunia nyata.
Perbedaan lainnya adalah bahwa fictoseksualitas berfokus pada ketertarikan seksual terhadap karakter-karakter yang dibuat, sedangkan fictoromantic adalah istilah yang digunakan ketika ketertarikan itu murni romantis dan tidak bersifat seksual.
Fictophilia atau Fiktoseksualitas dan Kesehatan Mental
Menurut para ahli dan organisasi kesehatan dunia, seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Asosiasi Psikiatri Amerika (APA), fictophilia dan fiktoseksualitas tidak diklasifikasikan sebagai gangguan mental dalam International Classification of Diseases (ICD-11) maupun Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Ketertarikan emosional atau romantis terhadap karakter fiksi dianggap sebagai preferensi pribadi yang tidak bermasalah, selama tidak mengganggu aktivitas sehari-hari atau menimbulkan tekanan emosional yang signifikan pada orang yang mengidapnya.
Namun, jika seseorang mulai mengalami delusi berlebihan, yaitu meyakini adanya hubungan timbal balik yang nyata dengan karakter fiksi hingga memengaruhi persepsi realitas. Nah, hal inilah yang kemudian dapat menjadi tanda gangguan psikosis yang serius dan harus segera ditangani. Dalam kasus seperti itu, diperlukan perhatian medis untuk membantu mengembalikan persepsi yang sehat terhadap realitas nyat.
Bagaimana Ketertarikan pada Karakter Fiksi Mempengaruhi Kesehatan Mental?
Bagi sebagian orang, keterikatan emosional dengan karakter fiksi justru dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi rasa kesepian yang dialam, baik di malam hari maupun pagi hari atau dalam situasi dan kondisi tertentu. Hubungan parasosial semacam ini seringkali berfungsi sebagai bentuk dukungan emosional, terutama bagi mereka yang kesulitan menjalin interaksi sosial di dunia nyata. Dalam situasi tertentu, keterikatan ini bahkan dapat membantu seseorang merasa lebih dipahami dan memiliki tempat untuk mengekspresikan emosinya.
Namun, perlu dipahami juga bahwa hubungan dengan karakter fiksi tidak sepenuhnya bisa menggantikan interaksi sosial nyata. Ketergantungan berlebihan pada hubungan parasosial ini dapat menimbulkan standar hubungan yang tidak realistis, sehingga menghambat kemampuan seseorang dalam membangun relasi sehat dengan orang-orang di sekitarnya. Jika keterikatan tersebut mengisolasi seseorang dari dunia nyata atau mengganggu fungsi sosial, maka hal ini bisa menjadi tanda adanya permasalahan psikologis yang perlu diperhatikan dan harus segera ditindaklanjuti.
Hubungan Fictophilia dengan OCD (Obsessive-Compulsive Disorder)
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang ditandai oleh pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang berulang. Pada beberapa kasus, seseorang dengan OCD dapat mengalami kecemasan berlebihan terkait ketertarikan emosional atau seksual terhadap karakter fiksi. Kecemasan ini bisa memicu perilaku kompulsif, seperti menonton ulang adegan tertentu secara berlebihan atau memeriksa perasaan mereka terhadap karakter tersebut secara obsesif.
Penting juga untuk kita dipahami bahwa pikiran obsesif ini bukan merupakan keinginan nyata ya, melainkan bagian dari gejala OCD yang membutuhkan penanganan khusus secepatnya. Terapi paparan dan pencegahan respons (Exposure and Response Prevention atau ERP) seringkali digunakan untuk membantu individu mengurangi kecemasan dan menghentikan pola perilaku kompulsif tersebut.
Nah, Sahabat Fimela, itulah beberapa hal penting tentang ketertarikan pada karakter fiksi dan pengaruhnya pada kesehatan mental. Ingat selalu untuk menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia fiksi, ya. Jika merasa terganggu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Semoga bermanfaat!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.