Fimela.com, Jakarta Seiring meningkatnya kesadaran akan gaya hidup berkelanjutan, tren penggunaan pembalut reusable atau pembalut kain kembali mencuri perhatian. Tak hanya karena ramah lingkungan, pembalut ini juga digadang-gadang lebih aman bagi kesehatan organ intim wanita. Di Indonesia sendiri, produk lokal seperti Perfect Fit sudah mulai memproduksi pembalut reusable berbahan organik dari bambu dan wood pulp yang tak hanya lembut dan menyerap dengan baik, tetapi juga ramah lingkungan.
Namun, apakah benar pembalut kain ini lebih aman dari sisi kesehatan? FIMELA berbincang dengan dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG., seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi , untuk mengetahui lebih dalam soal plus minus penggunaan pembalut reusable dari sisi medis.
Amankah untuk Semua Jenis Kulit?
Menurut dr. Dinda, pembalut reusable yang biasanya terbuat dari bahan katun sebenarnya memiliki risiko alergi yang cukup kecil, sehingga lebih cocok untuk perempuan dengan kulit sensitif atau riwayat iritasi. “Justru untuk organ reproduksi terutama perempuan yang punya risiko alergi, pilihan reusable ini lebih baik. Karena dia kan cotton biasanya,” ujarnya kepada Fimela.
Namun, perlu diingat bahwa sirkulasi udara pada pembalut kain tidak sebaik pembalut sekali pakai yang canggih. Karena itu, disarankan mengganti pembalut lebih sering dan hanya digunakan saat kondisi darah tidak terlalu banyak.
Apakah Semua Orang Bisa Menggunakannya?
Walau secara umum aman, dr. Dinda mengingatkan bahwa tidak semua orang cocok menggunakan pembalut reusable. Perempuan dengan kondisi medis tertentu atau yang kesulitan menjaga kebersihan maksimal sebaiknya mempertimbangkan jenis pembalut lain.
“Dijaga higienitasnya, digunakan saat kering, dicuci dan dijemur sampai benar-benar kering. Kalau tidak, justru bisa menimbulkan infeksi,” tambahnya.
Efek Jangka Panjang Bagi Organ Intim
Melihat dari sisi kesehatan reproduksi, dr. Dinda menilai tren ini sebagai pilihan yang lebih simpel dan minim risiko dibandingkan pembalut sekali pakai yang mengandung bahan penyerap berbasis kimia. Beberapa penelitian juga mengaitkan bahan-bahan canggih tersebut dengan potensi gangguan hormon.
Jika dibandingkan dengan pembalut sekali pakai yang berlabel “hypoallergenic”, bahan organik seperti katun atau bambu tetap dianggap lebih aman. “Saya rasa iya, karena ini cuma kain. Beda dengan pembalut yang memang sudah menggunakan teknologi canggih meskipun hypoallergenic,” kata dr. Dinda.
Tips Mencuci agar Tetap Higienis
Kebersihan adalah kunci utama. Pembalut reusable harus dicuci dengan benar agar tidak menjadi sumber infeksi. “Yang pasti dicuci bersih menggunakan sabun, dijemur di tempat bersih dan kering yang kena cahaya matahari. Misalnya harus pakai dryer yang bisa mengeringkan sampai ke dalam-dalamnya. Kalau masih lembap, dia bisa menimbulkan infeksi, terutama jamur,” jelas dr. Dinda.
Soal usia pakai, reusable pad bisa digunakan cukup lama, tergantung dari perawatan dan kondisi fisiknya. “Dilihat saja, kalau bau dan bercaknya susah hilang, mendingan diganti,” sarannya.
Meski lebih ramah lingkungan dan berpotensi lebih aman untuk kulit sensitif, penggunaan pembalut reusable tetap menuntut perhatian ekstra dalam hal kebersihan dan jumlah cadangan yang dimiliki. Idealnya, pengguna tidak hanya memiliki dua atau tiga buah, tetapi beberapa buah agar bisa diganti secara rutin tanpa risiko higienitas.
Kalau kamu tertarik mencoba, merek lokal seperti Perfect Fit sudah menghadirkan pembalut kain berbahan bambu organik yang didesain modern dan nyaman digunakan. Pilihan ramah lingkungan yang sekaligus mendukung kesehatan reproduksi? Worth to try nih, Sahabat FIMELA!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.