Upaya Pemerintah Mengatasi Masalah Kanker Serviks di Indonesia

1 week ago 23
Portal Buletin News Sekarang Cermat Online

Fimela.com, Jakarta Ikatan Ekonom Kesehatan Indonesia (IEKI/InaHEA) bekerja sama dengan The Asia Pacific Women’s Cancer Coalition (APAC WCC) menyelenggarakan forum diskusi dan konferensi pers dengan judul “Reafirmasi Komitmen Eliminasi Kanker Serviks: SInergi Upaya dan Sumber Daya untuk Skrining Kanker Serviks yang Berkelanjutan”. Acara ini diselenggarakan pada Kamis, 24 April 2025 di The Westin Hotel, Jakarta Selatan.

Acara ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan alat reproduksi, terutama bagi perempuan. Dalam ruang diskusi, muncul banyak dialog antara media dengan para ahli terkait upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan alat reproduksi.

Dalam acara ini, materi kesehatan reproduksi menitikberatkan pada potensi kanker leher rahim yang disebabkan oleh virus HPV. Masifnya angka penderita kanker serviks atau leher rahim akibat virus HPV mendesak pemerintah untuk melakukan penyuluhan kanker serviks melalui media.

Lima Isu Kanker di Indonesia

Kanker merupakan salah satu jenis penyakit mematikan di dunia. Kanker disebabkan oleh mutasi atau perubahan genetik pada sel. Mutasi ini dapat tumbuh dan membelah secara tidak wajar sehingga membentuk tumor yang berbahaya. 

Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan kanker pada tubuh, yaitu faktor internal seperti genetik; dan eksternal seperti virus dan gaya hidup. Kanker dapat terjadi di berbagai anggota tubuh, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

Terdapat lima isu kanker yang menjadi fokus pemerintah untuk menekan angka penderitanya. Kelima jenis kanker tersebut antara lain, kanker payudara, kanker serviks atau rahim, kanker paru-paru, kanker kolorektal/usus, dan kanker hati.

Di antara kelima kanker tersebut, kanker serviks, terutama kanker leher rahim, menjadi prioritas utama untuk dicegah dan diatasi dengan strategis.

Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Leher Rahim

Rencana Aksi Nasional atau RAN merupakan program pemerintah berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan secara nasional. Konferensi pers ini spesifik membahas RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim.

Narasumber pada acara ini antara lain: 

1. Direktur Penyakit Tidak Menular (PTM), Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia

Tarmizi, M.Epid

2. Johns Hopkins Program for International Education in Gynaecology and Obstetrics

(Jhpiego) Maryjane Lacoste

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia (PDS Patklin) Prof. Dr. dr.

Aryati, M.S. , Sp.PK(K)

Melalui acara ini, diungkapkan bahwa Kemenkes menargetkan minimal 90 persen anak Indonesia mendapatkan vaksin HPV secara gratis di puskesmas terdekat. Selain itu, Kemenkes juga menjamin adanya fasilitas skrining HPV gratis di seluruh puskesmas di Indonesia. 

Masalah RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim di Lapangan

Rencana dengan tujuan nasional tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya hambatan. Salah satu hambatan RAN Eliminasi Kanker Serviks adalah edukasi dan pemerataan informasi mengenai pemeriksaan mandiri potensi kanker serviks.

Umumnya, masyarakat merasa tabu dan takut untuk melakukan pemeriksaan. Ketakutan tersebut didasari oleh sedikitnya informasi mengenai hal terkait. Dalam beberapa kasus, ketakutan masyarakat meliputi: biaya yang tinggi; fakta terkena penyakit seksual; fakta bahwa ternyata harus berobat; dbs. Tidak hanya itu, beberapa orang juga mengaku merasa malu apabila harus diperiksa oleh dokter laki-laki.

Minimnya edukasi mengenai pentingnya kesadaran kesehatan reproduksi juga masih menjadi masalah serius dalam penerapan RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim. Rendahnya kepedulian masyarakat akan kesehatan alat reproduksi menghambat tercapainya masyarakat Indonesia yang bebas kanker serviks. 

Konferensi pers ini merupakan upaya untuk menyebarluaskan informasi mengenai potensi kanker serviks pada perempuan Indonesia.

Jawaban Pemerintah akan Masalah RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim

Melihat beberapa masalah di atas, konferensi pers ini menjawab keresahan di masyarakat. Pertama, bahwa pemeriksaan kanker serviks, seperti skrining serviks, dapat dilakukan secara gratis. Pemeriksaan ini tidak bergantung pada kepemilikan kartu BPJS sehingga siapa pun dapat melakukan skrining serviks meskipun tidak memiliki BPJS.

Kedua, bagi masyarakat yang sekiranya merasa risih atau malu untuk melakukan pemeriksaan dapat melakukannya secara mandiri, seperti self-sampling HPV atau mengambil sampel dari urine.

Self-sampling HPV merupakan metode skrining mandiri dengan cara memasukkan kapas ke dalam vagina selama kurang lebih 20 detik, kemudian mengirimkan sampel ke laboratorium. Sementara itu, metode urine adalah mengambil sampel urine untuk diajukan ke laboratorium.

Selain itu, pemerintah juga melakukan kampanye mengenai RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim sebagai upaya penyuluhan informasi ke masyarakat luas. Kegiatan ini melibatkan banyak pihak, termasuk media massa.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Annisa Salma Putri
  • Ayu Puji Lestari
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |