Tingkat Pendidikan Orangtua hingga Percaya Dukun Jadi Penghambat Deteksi Dini Autisme pada Anak

3 weeks ago 27
Portal Buletin News Siang Jitu Terbaru

Fimela.com, Jakarta Prevalensi anak dengan autisme di Indonesia cenderung terus meningkat setiap tahunnya. Pada akhir 2024, setidaknya ada 2,4 juta anak dengan autisme yang menunjukkan berbagai macam gejala berbeda. Anak dengan autisme sendiri dapat memengaruhi perkembangan anak di bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang sangat terfokus dan berulang.

Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang efektif melalui deteksi dini yang dilakukan oleh orangtua. Sayangnya, masih banyak orangtua yang menyangkal kondisi autisme yang terjadi pada anaknya. Hal ini mendorong keterlambatan diagnosa dan penanganan sehingga berpengaruh pada tumbuh kembang anak secara menyeluruh.

Dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, dr. Hanna Dyahferi Anomasari pun menyayangkan atas keterlambatan penanganan autisme pada anak. Menurut pengalamannya, banyak anak yang baru dibawa ke dokter saat anak sudah berusia di atas 8 tahun. Alasannya karena anak dengan autisme dianggap kena guna-guna sehingga memilih melakukan pengobatan tradisional atau ke dukun.

Dr. Hanna pun menegaskan autisme bukanlah karena guna-guna melainkan merupakan sebuah kondisi adanya gangguan neurodevelopmental.

Intervensi bisa lebih awal

"Autisme adalah gangguan neurodevelopmental dengan ciri khas kekurangan kemampuan bersosialisasi dan keterbatasan ketertarikan dan ada kebiasaan perilaku berulang," kata dr. Hanna dalam konferensi pers Bulan Kesadaran Autisme Dunia oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia pada Selasa (15/4/2025).

Tingkat pendidikan orangtua ternyata turut menjadi faktor penting dalam deteksi dini gangguan tumbuh kembang anak. Dijelaskan oleh dr. Hanna, kesadaran orangtua terhadap gangguan pada anak mempengaruhi kecekatan dalam penanganan, termasuk autisme.

Padahal dengan melakukan deteksi dini, dokter bisa memberikan intervensi yang mendorong perkembangan anak menjadi lebih baik meski memiliki kondisi autisme. Penanganan yang lebih awal akan membuat gangguan yang dialami anak dapat diminimalisasi.

"Semakin dini mendeteksi lalu memberikan intervensi maka hasil lebih bagus," kata dr. Hanna.

Skrining awal autisme

Dr. Hanna pun menegaskan orangtua bisa melakukan skrining autisme pada anak sejak berusia 16 bulan untuk memastikan diagnosa autisme. Diagnosis autisme biasanya melibatkan serangkaian observasi mendalam dengan tim medis yang terdiri dari dokter anak, psikolog, dan terapis okupasi. Diperlukan beberapa sesi evaluasi untuk memastikan diagnosa dengan mengalami perkembangan anak di berbagai aspek. Termasuk interaksi sosial.

Setelah tim medis menetapkan diagnosa biasanya akan dirancang penanganan berupa terapi dengan pendekatan multidisiplin. Terapi yang umum dilakukan adalah terapi perilaku, terapi okupasi, dan terapi wicara.

Dalam penjelasannya, dr. Hanna menyebut ada beberapa tanda awal autisme yang bisa diwaspadai orangtua. Mulai dari keterlambatan bicara, kesulitan berkomunikasi, kurangnya interaksi sosial, hingga melakukan perilaku yang repetitif atau berulang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |