5 Bahaya Tersembunyi Diet Keto yang Wajib Diketahui!

2 weeks ago 22
Portal Warta Pagi Cermat Terbaik

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pasti sudah tidak asing dengan berbagai metode diet yang populer untuk membantu menurunkan berat badan. Ada banyak sekali jenis diet yang menjanjikan dan diklaim efektif digunakan dalam jangka waktu yang panjang, tapi tidak semua diet aman bagi tubuh. Hal ini didasari oleh kondisi kesehatan tubuh setiap orangnya berbeda-beda. 

Salah satu metode diet yang sedang populer dikalangan anak muda, kini adalah diet keto. Metode diet ini menitikberatkan pola makan lebih sedikit mengonsumsi karbohidrat dan lebih banyak lemak. Meski terdengar menjanjikan, metode ini juga memiliki risiko yang perlu diwaspadai, karena seperti yang diketahui bahwa tubuh membutuhkan asupan karbohidrat untuk tetap berfungsi dengan baik, dan menguranginya secara drastis bisa menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. 

Dengan demikian, sebelum kita mencoba metode diet keto  ini, lebih baik untuk mengintip dahulu risiko yang dapat ditimbulkan agar tidak terjadi hal-hal berbahaya yang menimpa kesehatan. Melansir dari healthline.com, setidaknya ada 5 risiko yang mengancam kesehatan tubuh sebagai efek samping yang ditimbulkan oleh diet keto. Yuk, intip penjelasannya di bawah ini. 

Risiko Diet Keto bagi Tubuh

1. Dapat Menyebabkan Flu Keto

Diet keto yang membatasi asupan karbohidrat pada tubuh hingga 50 gram per hari, yang bisa mengejutkan tubuh. Saat tubuh kita menghabiskan simpanan karbohidrat dan beralih menggunakan keton dan lemak sebagai bahan bakar pada awal pola makan ini, kemungkinan besar akan mengalami gejala seperti flu.

Secara bertahap, gejalanya mulai bertambah termasuk sakit kepala, pusing, kelelahan, mual, dan sembelit  yang disebabkan oleh dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi saat tubuh menyesuaikan diri dengan ketosis. Meskipun sebagian besar orang yang mengalami flu keto merasa lebih baik dalam beberapa minggu setelahnya, penting untuk memantau gejala-gejala ini selama menjalani diet, tetap terhidrasi, dan mengonsumsi makanan yang kaya natrium, kalium, dan elektrolit lainnya agar tubuh bisa beradaptasi dnegan baik. 

2. Dapat Membuat Ginjal Menjadi Stres

Metode diet ini banyak mengandalkan asupan makanan hewani berlemak tinggi, seperti telur, daging, dan keju. Namun, Jika kita mengonsumsi banyak makanan ini, mungkin akan memiliki risiko lebih tinggi terkena batu ginjal yang mematikan. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan hewani yang tinggi dapat menyebabkan darah dan urin menjadi lebih asam, yang kemudian dapat menyebabkan peningkatan ekskresi kalsium dalam urin. 

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli juga menunjukkan bahwa diet keto dapat mengurangi jumlah sitrat yang dilepaskan dalam urin. Mengingat bahwa sitrat dapat mengikat kalsium dan mencegah pembentukan batu ginjal, kadar sitrat yang rendah juga dapat meningkatkan risiko terkena batu ginjal. Selain itu, penderita penyakit ginjal kronis (CKD) harus menghindari diet keto, karena ginjal yang lemah mungkin tidak dapat membuang penumpukan asam dalam darah yang diakibatkan oleh banyaknya mengonumsi makanan hewani ini. Hal ini dapat menyebabkan keadaan asidosis, yang dapat memperburuk perkembangan CKD. Terlebih lagi, diet rendah protein sering direkomendasikan bagi penderita CKD, sedangkan diet keto mengandung protein sedang hingga tinggi. Oleh karena itu, jika memiliki masalah ginjal dan berisiko, penting untuk mempertimbangkan dampaknya sebelum menjalani diet keto.

3. Gangguan Pencernaan dan Perubahan Bakteri Usus

Karena diet keto membatasi banyak sumber karbohidrat, mungkin sangat sulit bagi kita untuk memenuhi kebutuhan serat harian atau bahkan menjadi tantangan tersendiri. Metode ini membatasi asupan karbohidrat dari buah-buahan, sayur-sayuran bertepung, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan, yang kaya akan serat harus dikurangi atau dihindari. 

Akibatnya, banyak orang yang menjalani diet keto mengalami gangguan pencernaan, seperti sembelit. Sebuah studi selama 10 tahun pada anak-anak penderita epilepsi yang menjalani diet ketogenik menemukan bahwa 65% di antaranya mengalami sembelit sebagai efek samping yang umum dirasakan. Lebih dari itu, kurangnya serat dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus kita. Padahal faktanya, bakteri baik ini berperan dalam menjaga sistem imun, kesehatan mental, dan mengurangi peradangan dalam tubuh. Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko ini, pastikan tetap mengonsumsi makanan keto yang kaya serat, seperti biji rami, biji chia, kelapa, brokoli, kembang kol, dan sayuran berdaun hijau.

4. Kekurangan Nutrisi

Karena diet keto membatasi beberapajenis makanan, terutama buah-buahan padat nutrisi, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan, diet ini mungkin gagal menyediakan jumlah vitamin dan mineral yang cukup untuk tubuh. Secara khusus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet keto tidak menyediakan cukup kalsium, vitamin D, magnesium, dan fosfo. Bahkan ada, sebuah studi yang mengevaluasi komposisi nutrisi dari pola makan umum mengungkapkan bahwa pola makan rendah karbohidrat seperti Atkins, yang mirip dengan keto, hanya menyediakan jumlah yang cukup untuk 12 dari 27 vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh kita untuk diperoleh dari makanan yang dikonsumsi selama diet berlangsung. 

Seiring berjalannya waktu, hal ini dapat menyebabkan kekurangan gizi, yang berdampak pada kesehatan tulang, sistem imun, dan keseimbangan energi. Oleh karena itu, beberapa ahli merekomendasikan untuk mengonsumsi suplemen seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, omega-3, serat psyllium, serta vitamin B, C, dan E bagi  yang sedang menjalani diet keto. Namun, perlu diingat juga, bahwa kualitas diet keto sangat bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Pola makan yang kaya alpukat, kacang-kacangan, dan sayuran nontepung tentu lebih bergizi dibandingkan dengan yang didominasi daging olahan dan makanan keto instan yang dijual di supermarket. 

5. Risiko Gula Darah Turun secara Drastis

Tahukah kamu, bahwa sebetulnya diet rendah karbohidrat seperti keto telah terbukti membantu mengelola kadar gula darah bagi penderita diabetes. Secara khusus, beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa keto dapat membantu menurunkan kadar hemoglobin A1c, indikator rata-rata gula darah. Namun, bagi penderita diabetes tipe 1 mungkin  berisiko tinggi ketika melakukan diet keto karena bisa mengalami lebih banyak hipoglikemia, yang ditandai dengan kebingungan, gemetar, kelelahan, dan berkeringat. Jika tidak ditangani secara segera, kondiis ini dapat menyebabkan koma dan kematian. 

Sebuah penelitian terhadap 11 orang dewasa dengan diabetes tipe 1 yang mengikuti diet ketogenik selama lebih dari 2 tahun menemukan bahwa jumlah rata-rata kejadian gula darah rendah mendekati 1 per hari. Penderita diabetes tipe 1 biasanya mengalami kadar gula darah rendah jika mereka mengonsumsi terlalu banyak insulin dan tidak mengonsumsi cukup karbohidrat. Dengan demikian, diet keto rendah karbohidrat dapat meningkatkan risiko tersebut. Secara teoritis, hal ini juga dapat terjadi pada penderita diabetes tipe 2 yang mengonsumsi obat insulin.

Meskipun diet keto dikaitkan dengan penurunan berat badan dan manfaat kesehatan lainnya dalam jangka pendek, diet ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, masalah pencernaan, dan masalah kesehatan lainnya. Sebaiknya dipertimbangkan kembali secara baik-baik jika ingin mencoba metode diet yang satu ini. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |