Fimela.com, Jakarta Produktivitas seringkali dianggap sebagai kunci menuju kesuksesan. Tidak heran, banyak orang berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan dengan melakukan banyak hal produktif. Mereka berusaha untuk bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan suatu output yang lebih besar. Namun, produktivitas ini tidak selalu positif. Jika tidak dikelola dengan baik, produktivitas tersebut akan menimbulkan sisi gelap, yaitu toxic productivity.
Toxic productivity adalah suatu dorongan untuk selalu produktif dan sibuk, erat kaitannya dengan perasaan FOMO (Fear of Missing Out), dimana individu selalu merasa tertinggal dan menjadi ambisius. Tidak hanya dalam lingkup pekerjaan, tetapi di semua aspek kehidupan. Seseorang yang mengalami toxic productivity akan selalu menganggap istirahat atau sekedar “berleha-leha” adalah sesuatu yang sangat tidak produktif. Padahal, manusia bukanlah robot yang dapat bekerja terus menerus tanpa henti, manusia perlu untuk beristirahat. Produktivitas yang berlebihan ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, tidak hanya fisik, tapi juga mental seseorang.
Produktivitas bisa menjadi hal yang baik jika individu mampu memahami batasan diri. Oleh karena itu, FIMELA merangkum penyebab, tanda-tanda, dampak, dan cara mengatasi toxic productivity dalam kehidupan sehari-hari. Yuk, simak sahabat FIMELA!
Penyebab Toxic Productivity
Toxic productivity umumnya muncul karena keinginan seseorang untuk terus meraih kesuksesan tanpa henti. Apalagi, di tengah masyarakat modern yang menjalani hidup dengan cepat. Ditambah lagi, kemunculan berbagai platform media sosial sebagai ajang kesuksesan, mengakibatkan individu cenderung memiliki perasaan FOMO. Individu mungkin merasa takut tertinggal dan merasa bersalah jika tidak se-produktif dan sesukses orang lain. Selain itu, toxic productivity juga seringkali muncul ketika individu ingin mengalihkan pikiran dari hal-hal lain, berperan sebagai obat sementara untuk stres.
Tanda-tanda Produktivitas-mu Salah dan Dampaknya!
Meskipun produktivitas dapat dimanifestasikan berbeda-beda tergantung masing-masing orang, ada beberapa tanda umum yang perlu diwaspadai sebagai toxic productivity. Jika sahabat FIMELA sering merasa bersalah karena tidak dapat menyelesaikan cukup banyak pekerjaan, bisa jadi itu adalah toxic productivity. Individu seringkali berusaha menyelesaikan pekerjaan yang lebih banyak dan tidak wajar, meskipun sebenarnya individu telah menyelesaikan banyak tugas.
Mereka terus merasa bersalah akan ketertinggalan, sehingga menetapkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri sendiri. Selain itu, individu juga menganggap bahwa istirahat dan sekedar mengerjakan hobi yang disukai sebagai hal yang tidak penting. Padahal, melakukan hobi, berkumpul bersama teman dan keluarga, serta bersantai adalah bentuk sayang dan kepedulian terhadap diri sendiri.
Toxic productivity juga kerap ditandai dengan kelelahan mental dan kecemasan berlebih. Berusaha untuk selalu aktif membuat individu selalu cemas dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Jika terus diforsir, kelelahan mental ini justru akan membuat performa pekerjaan dan kualitas hidup semakin menurun.
Cara Terputus dari Lingkaran Toxic Productivity
Produktivitas bukanlah suatu perlombaan lari cepat, melainkan maraton, perlu manajemen waktu dan kecepatan yang tepat. Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk mengatasi toxic productivity. Pertama, tentukan batasan pekerjaan dan tujuan yang realistis. Produktivitas berlebih sering muncul karena tujuan dan standar individu yang tidak realistis, sehingga penting untuk menetapkan tujuan dengan metode SMART, serta memahami apa yang bisa dicapai tanpa memaksakan diri.
Selain itu, kelola manajemen pekerjaan dengan bijak. Tidak semua pekerjaan harus dikerjakan dan diambil. Tentukan prioritas pekerjaan secara strategis dan efektif. Kedua, beri diri waktu untuk beristirahat. Istirahat sejenak bukanlah hal yang salah dan membuat diri menjadi gagal. Beristirahat justru dapat meningkatkan produktivitas jangka panjang dan meningkatkan fungsi otak untuk lebih fokus dan kreatif. Luangkan waktu untuk sekedar berlibur, melakukan hobi kesukaan, hingga berkumpul bersama orang-orang tersayang. Ada baiknya juga beristirahat sejenak dari melihat handphone, baik itu tentang pekerjaan atau bahkan sosial media.
Coba kenali dan sadari diri, apakah selama ini produktivitas-mu sehat? Atau malah toxic productivity? Ingat, untuk selalu mengutamakan work-life balance ya, sahabat FIMELA!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.