Kenali Hipertrofi Konka: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Dampaknya yang Tidak Boleh Disepelekan

1 month ago 21

Fimela.com, Jakarta Apakah Anda pernah merasakan hidung tersumbat yang tak kunjung membaik meskipun sudah mencoba berbagai obat flu? Mungkin penyebabnya adalah hipertrofi konka, yaitu pembengkakan pada struktur konka di dalam hidung. Kondisi ini dapat mengganggu pernapasan dan menimbulkan gejala tidak nyaman seperti nyeri di wajah dan kesulitan bernapas.

Berdasarkan data dari Hello Sehat, sekitar 25% orang yang mengeluhkan hidung tersumbat mengalami hipertrofi konka. Sayangnya, banyak yang tidak sadar akan gejala ini hingga kondisinya memburuk dan memerlukan penanganan medis yang lebih serius.

Apakah kondisi ini berbahaya? Mari kita simak informasi berikut agar Anda dapat lebih memahami pentingnya menangani hipertrofi konka dengan serius, seperti yang dirangkum oleh Fimela.com pada Selasa (28/1).

Ini dia penyebab wajah bengkak saat bangun tidur di pagi hari. Yuk, tonton video di atas!

Apa Itu Hipertrofi Konka?

Hipertrofi konka, yang dikenal juga sebagai pembengkakan turbinate, adalah kondisi di mana konka inferior dan tengah di dalam hidung mengalami pembesaran, sehingga menghambat aliran udara saat kita bernapas. Di dalam rongga hidung kita, terdapat tiga konka di setiap sisi: superior, tengah, dan inferior, yang berperan penting dalam menyaring udara.

Konka adalah struktur tulang melengkung yang dilapisi mukosa di dalam rongga hidung. Fungsinya adalah untuk melembapkan, mengatur suhu udara, serta menyaring partikel asing saat kita bernapas. Ketika konka membesar, aliran udara menjadi terhambat, mengakibatkan gejala seperti mimisan, tidur mendengkur, dan hidung meler.

Konka inferior sering kali menjadi bagian yang paling rentan terhadap hipertrofi karena sering terpapar alergen atau polusi dalam udara. Jika pembengkakan terjadi, fungsi utama konka terganggu, menyebabkan berbagai gejala, mulai dari hidung tersumbat hingga masalah pernapasan yang lebih serius.

Dalam beberapa kasus, hipertrofi konka juga dapat memengaruhi kemampuan penciuman. Kondisi ini sering kali disalahartikan sebagai sinusitis atau flu biasa, sehingga banyak orang tidak mendapatkan diagnosis yang tepat.

Penyebab Hipertrofi Konka: Bisa dari Kehamilan sampai Debu

Hipertrofi konka dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar tubuh. Salah satu penyebab utamanya adalah rhinitis alergi, yang merupakan reaksi terhadap alergen seperti debu, bulu hewan, atau serbuk sari. Reaksi ini menyebabkan peradangan pada mukosa konka, yang kemudian mengakibatkan pembengkakan.

Selain itu, ada juga rhinitis non-alergi yang bisa memperburuk kondisi mukosa hidung, seperti paparan asap rokok, polusi udara, atau udara kering. Deviasi septum, atau tulang hidung yang bengkok, sering kali dikaitkan dengan hipertrofi konka karena tekanan udara yang tidak merata di dalam rongga hidung.

Dalam beberapa kasus, hipertrofi konka dapat terjadi akibat infeksi sinus yang tidak diobati atau adanya kelainan struktural bawaan pada hidung, seperti konka bulosa.

Menurut laman EMC Health Care yang dikutip oleh Fimela.com, Hipertrofi Konka bisa disebabkan oleh deviasi septum kontralateral untuk melindungi mukosa hidung dari pengeringan akibat aliran udara berlebih (hipertrofi konka unilateral) serta bisa juga disebabkan oleh rhinitis alergi dan non-alergi. Faktor lingkungan seperti debu dan asap tembakau, serta kehamilan, juga dapat menyebabkan pembengkakan pada konka.

Gejala Hipertrofi Konka yang Tidak Boleh Diabaikan

Gejala utama hipertrofi konka adalah hidung tersumbat yang berlangsung lama, meskipun tidak sedang mengalami flu atau pilek. Selain itu, penderita juga sering mengeluhkan napas melalui mulut, terutama saat tidur, yang menyebabkan mulut menjadi kering saat bangun.

Beberapa gejala lain yang sering muncul meliputi nyeri pada wajah atau pangkal hidung, rasa tekanan pada dahi, serta mimisan akibat iritasi pada mukosa yang membengkak. Penderita juga dapat mengalami gangguan tidur, seperti mendengkur, karena sumbatan pada saluran udara.

Dalam beberapa kasus, hipertrofi konka juga dapat menyebabkan gangguan penciuman dan rasa nyeri kepala yang menyerupai migrain. Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut secara terus-menerus, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter THT.

"Jika Anda memiliki riwayat seperti penciuman berkurang, hidung tersumbat, kesulitan bernapas, kesulitan untuk menghidu bau/aroma, nyeri kepala dan rasa seperti ada tekanan di dahi serta sekitar hidung, gangguan tidur, nyeri pada area wajah, bibir kering saat bangun tidur, flu, mendengkur, itu bisa mengakibatkan anda mengalami hipertrofi konka," tulis di laman Alodokter.com.

Bagaimana Hipertrofi Konka Didiagnosis?

Untuk mendeteksi hipertrofi konka, dokter spesialis THT akan melakukan serangkaian pemeriksaan menyeluruh. Langkah pertama adalah anamnesis, yaitu wawancara mendalam untuk menggali riwayat gejala dan kondisi kesehatan Anda. Selanjutnya, pemeriksaan fisik dilakukan, sering kali dengan bantuan rinoskopi, untuk melihat kondisi mukosa hidung secara langsung.

Apabila diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan lanjutan seperti CT scan atau endoskopi hidung. Tes-tes ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat keparahan pembengkakan dan mengidentifikasi penyebab utamanya, seperti adanya deviasi septum atau infeksi sinus yang mungkin belum terdeteksi.

Diagnosis yang akurat sangat penting untuk menentukan langkah pengobatan yang paling tepat, baik itu melalui terapi medis maupun intervensi bedah.

Pengobatan Hipertrofi Konka: Obat dan Prosedur Operasi

Pengobatan untuk hipertrofi konka disesuaikan dengan seberapa parah gejala yang dialami pasien. Pada tahap awal, dokter umumnya akan memberikan resep obat seperti dekongestan, antihistamin, atau semprotan hidung kortikosteroid untuk membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan pada konka.

Namun, jika obat-obatan tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan, tindakan operasi seperti reseksi tulang konka inferior atau diatermi submukosa dapat dipertimbangkan. Prosedur ini bertujuan untuk mengecilkan ukuran konka tanpa merusak fungsinya, sehingga aliran udara dapat kembali normal.

Menurut EMC Healthcare, teknologi mutakhir seperti Radiofrekuensi (RF) memungkinkan operasi dilakukan tanpa sayatan besar, sehingga risiko komplikasi pascaoperasi menjadi sangat rendah. Prosedur ini dianggap efektif untuk menangani hipertrofi kronis yang tidak merespons terapi medis.

Apakah hipertrofi konka berbahaya? Menurut Hallo Sehat, kondisi ini dapat menjadi lebih serius jika disebabkan oleh paparan virus dan bakteri. Oleh karena itu, penanganan khusus diperlukan jika kondisi ini semakin berkembang.

1. Apa saja gejala utama hipertrofi konka?

Gejala-gejala utama yang sering muncul meliputi hidung tersumbat yang berlangsung lama, mimisan, rasa nyeri pada wajah, serta gangguan tidur seperti mendengkur.

2. Apa yang menyebabkan hipertrofi konka?

Penyebabnya antara lain adalah rinitis alergi, infeksi sinus, terpapar polusi, serta adanya deviasi pada septum hidung.

3. Apakah hipertrofi konka bisa sembuh tanpa operasi?

Untuk kasus yang lebih ringan, penggunaan obat-obatan dapat membantu meredakan gejala. Namun, jika sudah mencapai tahap kronis, sering kali diperlukan intervensi bedah untuk penanganannya.

4. Bagaimana cara mencegah hipertrofi konka?

Untuk mencegah pembengkakan konka, Anda bisa mencoba beberapa langkah sederhana namun efektif: hindari alergen, jaga kebersihan rumah dengan baik, dan jauhkan diri dari paparan asap rokok.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ricka Milla Suatin
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |