Pentingnya Memahami Golden Period dan Perawatan Pasca Stroke

Fimela.com, Jakarta Kabar meninggalnya Ibrahim Sjarief Assegaf cukup mengejutkan banyak orang. Suami dari Najwa Shihab ini meninggal dunia karena stroke dan pendarahan di otak. Ibrahim Sjarief Assegaf meninggal di usia muda, 47 tahun.

Stroke adalah penyakit yang mengancam jiwa. Apabila terjadi serangan setiap menit sebanyak 1,9 juta sel otak dapat mati. Menurut rilis dari kemkes, di Indonesia, stroke menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian, yakni sebesar 11,2% dari total kecacatan dan 18,5% dari total kematian.

Menurut data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 8,3 per 1.000 penduduk. Stroke juga merupakan salah satu penyakit katastropik dengan pembiayaan tertinggi ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, yaitu mencapai Rp5,2 triliun pada 2023.

Sebagai salah satu silent killer, saat terjadi serangan stroke penting bagi kita untuk memahami penanganan yang harus dilakukan. Meskipun stroke sangat berbahaya, namun kesembuhannya bisa dioptimalkan dengan memerhatikan golden period saat serangan stroke pertama.

Golden period adalah 4,5 jam pertama dari kejadian serangan stroke. Di periode ini, penting untuk memahami bagaimana cara mengatasi dan perawatan stroke. Apabila salah dalam penanganan pada golden period, maka risiko stroke pun semakin tinggi.

Mengutamakan golden period sangat penting dilakukan karena dapat mencegah kerusakan otak lebih parah. Dan yang tidak kalah penting, penanganan yang tepat pada golden period dapat mengurangi risiko kematian.

Memerhatikan golden period sangat penting, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan pada masa golden period stroke antara lain:

• Segera menghubungi rumah sakit untuk mengirim ambulans, perlu kamu pahami setiap menit sangat berharga dalam periode golden period.
• Catat waktu timbulnya gejala, sebagai acuan untuk mengetahui jenis obat yang akan diberikan oleh tim medis.
• Hindari memberikan makanan atau minuman kepada orang yang sedang mengalami gejala stroke karena hal ini dapat meningkatkan risiko tersedak.

Tidak perlu panik, karena orang yang mendampingi penderita stroke harus tetap tenang. Biasanya dokter akan banyak menanyakan awal mula terjadinya stroke, gejala, dan lain-lain. Jadi usahakan kamu tetap tenang.

Salah satu perawatan pasca stroke adalah terai. Ada beberapa jenis perawatan terapi stroke yang bertujuan untuk memulihkan kemampuan tubuh yang hilang setelah stroke. Sahabat Fimela, berikut adalah jenis-jenis terapi stroke yang umum.

1. Terapi Medis

Pertama adalah pemberian obat untuk mencegah stroke lanjutan, misalnya dengan pemberian aspirin, antikoagulan, statin. Dilanjutkan dengan pengobatan hipertensi, diabetes, atau kondisi lain yang mendasari.

2. Terapi Rehabilitasi

Terapi ini biasanya dimulai dengan segera setelah kondisi pasien stabil. Terapi tersebut antara lain, terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi wicara.

Terapi fisik meliputi latihan berjalan hingga terapi menggunakan alat bantu. Terasi okupasi yang fokus untuk membantu pasien menjalani aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian. Terapi ini penting untuk membantu adaptasi lingkungan rumah dan menggunakan alat bantu jika perlu.

Terakhir adalah terapi bicara. Terapi ini dikhususkan untuk pasien dengan gangguan berbicara (afasia) atau menelan (disfagia).

3. Terapi Psikologis

Selain pemulihan fisik, dukungan psikologis sangat penting. Berkurangnya atau bahkan hilangnya kemampuan penderita stroke sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis. Inilah alasan mengapa terapi psikologis dibutuhkan, yaitu untuk memberikan dukungan secara emosional. Dengan psikologis yang stabil, maka kemungkinan untuk kondisi fisik pasien pasca stroke semakin meningkat. 

Sahabat Fimela, selalu ingat untuk jaga kesehatan tubuh. Stroke tidak mengenal usia, jadi pastikan kamu peka dengan gejalanya. Jika dirasa tubuhmu mulai merasa lelah istirahat. Semoga informasi ini bermanfaat ya.