ringkasan
- Penurunan drastis hormon estrogen saat menopause menjadi penyebab utama mengapa perempuan lebih rentan mengalami osteoporosis dibandingkan laki-laki.
- Perempuan umumnya memiliki massa tulang puncak yang lebih rendah dan ukuran tulang yang lebih kecil, berkontribusi pada risiko osteoporosis yang lebih tinggi.
- Faktor seperti harapan hidup yang lebih panjang, genetika, menopause dini, dan berat badan rendah turut meningkatkan prevalensi osteoporosis pada perempuan.
Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, masalah tulang rapuh atau osteoporosis seringkali menjadi momok, terutama bagi kaum perempuan. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan dan massa tulang, yang membuat tulang menjadi lemah, rapuh, dan rentan patah. Data menunjukkan bahwa dari 10 juta orang yang mengidap kondisi tulang ini, 80% di antaranya adalah perempuan.
Lantas, mengapa perempuan lebih rentan terhadap osteoporosis dibandingkan laki-laki? Perbedaan biologis, hormonal, dan anatomi antara kedua jenis kelamin menjadi kunci utama dalam memahami fenomena ini. Memahami faktor-faktor pemicunya adalah langkah awal untuk melakukan pencegahan yang efektif.
Dengan mengetahui penyebab di balik kerentanan ini, Sahabat Fimela dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatan tulang sejak dini. Mari kita telusuri lebih dalam faktor-faktor yang membuat osteoporosis lebih sering mengintai perempuan.
Peran Penting Hormon Estrogen dalam Kesehatan Tulang
Perbedaan paling signifikan yang membuat osteoporosis lebih mengintai perempuan adalah peran sentral hormon estrogen. Estrogen dikenal tidak hanya penting untuk sistem reproduksi, tetapi juga vital dalam menjaga kepadatan tulang. Hormon ini menyeimbangkan proses remodeling tulang, yaitu siklus berkelanjutan di mana tulang lama dihilangkan dan tulang baru dibentuk.
Estrogen membantu mengatur keseimbangan ini dengan menghambat aktivitas osteoklas, sel yang bertanggung jawab untuk resorpsi atau pengeroposan tulang. Ketika kadar estrogen memadai, pembentukan tulang lebih cepat daripada resorpsi, sehingga kepadatan tulang tetap terjaga atau bahkan meningkat. Ini adalah mekanisme alami tubuh untuk memastikan tulang tetap kuat dan padat.
Namun, penurunan kadar estrogen yang tajam selama menopause adalah faktor risiko terkuat untuk osteoporosis pada perempuan. Saat seorang wanita mencapai menopause, kadar estrogennya menurun drastis, yang dapat menyebabkan pengeroposan tulang signifikan. Rata-rata, wanita bisa kehilangan hingga 10% kepadatan tulang mereka dalam 5 tahun pertama setelah menopause.
Berbeda dengan perempuan, laki-laki juga memiliki estrogen yang penting untuk kesehatan tulang, tetapi kadar hormon mereka, termasuk testosteron, menurun lebih lambat dan bertahap seiring bertambahnya usia. Penurunan yang lebih lambat ini memberikan perlindungan alami yang lebih baik bagi tulang laki-laki dibandingkan perempuan.
Perbedaan Anatomi dan Massa Tulang Puncak pada Perempuan
Selain faktor hormonal, perbedaan anatomi dan massa tulang puncak juga berkontribusi pada kerentanan perempuan terhadap osteoporosis. Perempuan cenderung memiliki tulang yang lebih kecil dan lebih tipis dibandingkan laki-laki. Ukuran tulang yang lebih kecil ini secara inheren berarti perempuan memiliki massa tulang yang lebih sedikit untuk memulai.
Massa tulang puncak (peak bone mass) adalah jumlah tulang maksimum yang dimiliki seseorang selama hidupnya, dan ini cenderung lebih rendah pada perempuan. Meskipun kedua jenis kelamin mencapai massa tulang puncak pada usia dewasa muda, laki-laki umumnya memiliki massa tulang puncak yang lebih tinggi. Untuk wanita, massa tulang puncak umumnya dicapai antara usia 18 dan 22 tahun, sementara pria sedikit lebih lambat, antara usia 20 dan 26 tahun.
Fakta bahwa perempuan memulai dengan massa tulang yang lebih rendah membuat mereka lebih rentan terhadap efek pengeroposan tulang seiring bertambahnya usia. Setiap kehilangan kepadatan tulang akan memiliki dampak yang lebih besar pada perempuan karena cadangan tulang mereka yang lebih sedikit.
Faktor Risiko Tambahan dan Harapan Hidup
Beberapa faktor risiko lain juga turut berkontribusi pada prevalensi osteoporosis yang lebih tinggi pada perempuan. Meskipun osteoporosis itu sendiri tidak fatal dan tidak memengaruhi harapan hidup secara langsung, perempuan umumnya memiliki harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan laki-laki. Karena risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia, perempuan memiliki lebih banyak waktu untuk mengalami pengeroposan tulang yang signifikan.
- Genetika dan Ras: Wanita kulit putih dan Asia memiliki risiko tertinggi terkena osteoporosis.
- Menopause Dini atau Histerektomi: Wanita yang mengalami menopause dini (sebelum usia 45) atau yang ovariumnya diangkat pada usia muda memiliki risiko lebih tinggi karena penurunan estrogen yang lebih awal.
- Berat Badan Rendah: Individu dengan indeks massa tubuh (IMT) rendah memiliki risiko lebih tinggi karena memiliki massa tulang yang lebih sedikit untuk diambil seiring bertambahnya usia.
Kombinasi dari faktor-faktor hormonal, anatomis, dan risiko tambahan ini menjelaskan mengapa osteoporosis secara signifikan lebih umum terjadi pada perempuan. Diperkirakan bahwa setengah dari semua wanita dan 1 dari 4 pria di atas 50 tahun menderita osteoporosis. Oleh karena itu, penting bagi Sahabat Fimela untuk proaktif menjaga kesehatan tulang melalui gaya hidup sehat, asupan nutrisi yang cukup, dan olahraga teratur, terutama setelah memasuki masa menopause.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.