Fimela.com, Jakarta Bagi anak-anak yang menderita diabetes, menjalankan puasa Ramadan memang bukan hal yang mustahil, tetapi memerlukan pendekatan yang cermat dan terencana. Saat berpuasa, perubahan metabolisme dapat memengaruhi kadar gula darah, sehingga orangtua perlu memahami cara-cara yang aman untuk menjaga keseimbangan gula darah anak mereka. Tanpa pengelolaan yang tepat, puasa dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia (gula darah terlalu rendah) atau hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), puasa hanya disarankan bagi anak dengan diabetes tipe 1 yang memiliki kontrol gula darah yang stabil. Jika kadar gula darah anak tidak stabil, risiko komplikasi seperti ketoasidosis diabetik (KAD) dan dehidrasi bisa meningkat. Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan anak untuk berpuasa.
Selain itu, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan, mulai dari pola makan, penyesuaian dosis insulin, hingga aktivitas fisik. Semua ini bertujuan agar anak tetap sehat dan dapat menjalani puasa dengan nyaman tanpa risiko kesehatan yang berbahaya. Berikut panduan lengkap yang bisa diikuti.
Diabetes bukan hanya menyerang orang dewasa. Kenyataannya, anak-anak bahkan bayi yang baru lahir juga bisa mengidap penyakit diabetes. Simak penjelasan selengkapnya dalam video berikut ini!
Aturan Berpuasa untuk Anak dengan Diabetes: Apa Saja yang Harus Dipenuhi?
Tidak semua anak dengan diabetes boleh berpuasa. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar puasa tetap aman dan tidak membahayakan kesehatan anak.
- Anak harus memiliki kontrol gula darah yang stabil dengan HbA1c 8%.
- Tidak sedang mengalami infeksi atau penyakit lain seperti demam dan muntah.
- Tidak memiliki riwayat hipoglikemia berat dalam tiga bulan terakhir.
- Tidak pernah mengalami ketoasidosis diabetik (KAD) dalam tiga bulan terakhir.
Jika anak tidak memenuhi syarat di atas, sebaiknya tidak berpuasa karena risiko komplikasi sangat tinggi. Sebaliknya, jika kondisi anak stabil dan mendapat izin dokter, maka orangtua dapat mengatur strategi puasa yang aman untuk anak.
Pengaturan Pola Makan: Sahur dan Berbuka yang Sehat
Saat berpuasa, anak dengan diabetes harus tetap mendapatkan asupan gizi yang cukup agar kadar gula darah tetap stabil. Berikut panduan pola makan yang disarankan:
Saat Sahur
- Konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah, roti gandum, atau oatmeal agar energi lebih tahan lama.
- Tambahkan protein sehat seperti telur, ayam tanpa kulit, dan tahu/tempe.
- Minum cukup air putih untuk mencegah dehidrasi.
- Saat Berbuka
- Awali dengan makanan ringan seperti kurma atau buah segar.
- Hindari makanan yang terlalu manis atau tinggi lemak agar kadar gula darah tidak melonjak drastis.
- Porsi makan utama sebaiknya dikonsumsi setelah shalat maghrib, bukan langsung saat berbuka.
Setelah Tarawih
- Konsumsi camilan sehat seperti yoghurt, kacang-kacangan, atau buah-buahan.
Dengan pembagian makan seperti ini, kadar gula darah anak akan lebih stabil selama berpuasa.
Penyesuaian Dosis Insulin agar Tidak Terjadi Hipoglikemia
Salah satu risiko terbesar saat anak dengan diabetes berpuasa adalah hipoglikemia. Oleh karena itu, dosis insulin perlu disesuaikan dengan jadwal makan dan aktivitas anak.
Menurut IDAI, aturan dosis insulin selama puasa adalah sebagai berikut:
Jika menggunakan insulin kerja panjang dan pendek (basal-bolus):
- Total dosis insulin kerja panjang dikurangi menjadi 80% dari dosis normal.
- Insulin bolus diberikan sesuai jumlah kalori makanan yang dikonsumsi.
Jika menggunakan pompa insulin:
- Dosis insulin basal dikurangi menjadi 80% dari dosis normal.
- Insulin bolus diberikan sesuai dengan jumlah kalori makanan.
Sebelum menerapkan penyesuaian ini, orangtua harus berkonsultasi dengan dokter agar dosis insulin yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak selama berpuasa.
Aktivitas Fisik dan Pemantauan Gula Darah
Selain pola makan dan insulin, aktivitas fisik juga harus diperhatikan agar anak tetap sehat saat berpuasa. Anak tetap bisa beraktivitas seperti biasa, tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Istirahat setelah Dzuhur untuk menghindari kelelahan.
- Hindari aktivitas berat di siang hari untuk mencegah hipoglikemia.
- Olahraga ringan seperti jalan santai atau senam ringan bisa dilakukan setelah tarawih.
- Selain itu, pemantauan kadar gula darah harus dilakukan secara rutin:
- Sebelum sahur dan berbuka.
- 2 jam setelah makan.
- Kapan pun jika anak merasa lemas, berkeringat dingin, atau pusing.
Jika kadar gula darah terlalu rendah (< 4 mmol/L) atau anak mengalami gejala hipoglikemia, puasa harus segera dibatalkan.
Kapan Puasa Harus Dihentikan?
Meskipun anak sudah memenuhi syarat untuk berpuasa, ada beberapa kondisi yang mengharuskan puasa segera dihentikan:
- Anak mengalami hipoglikemia (gejala: lemas, berkeringat dingin, pusing, atau pandangan kabur).
- Kadar gula darah terlalu tinggi (> 300 mg/dL) yang berisiko menyebabkan ketoasidosis.
- Anak mengalami dehidrasi yang ditandai dengan mulut kering, jarang buang air kecil, dan lemas.
Jika anak mengalami salah satu kondisi di atas, orangtua harus segera memberikan makanan atau minuman untuk mengembalikan kadar gula darah ke level normal. Jangan memaksakan anak untuk melanjutkan puasa jika kondisinya tidak memungkinkan.
People Also Ask (FAQ)
1. Apakah anak dengan diabetes boleh berpuasa?
Ya, anak dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 bisa berpuasa, tetapi harus di bawah pengawasan dokter.
2. Apa yang harus dilakukan jika gula darah anak rendah saat puasa?
Jika gula darah di bawah 70 mg/dL, puasa harus segera dibatalkan dan berikan asupan glukosa.
3. Bagaimana cara menjaga pola makan anak selama puasa?
Pola makan harus sehat dan seimbang, dengan fokus pada karbohidrat kompleks, protein, dan serat, serta hindari makanan manis.
4. Kapan sebaiknya orang tua berkonsultasi dengan dokter?
Konsultasi sebaiknya dilakukan minimal dua bulan sebelum Ramadan untuk memastikan kesehatan anak.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.
HealthLindungi Dirimu dari Meningitis! Yuk, Ketahui Cara Pencegahannya!
Cegah meningitis dengan vaksinasi, menjaga higienitas, gaya hidup sehat, dan hindari kontak dengan penderita; Sahabat Fimela, jaga kesehatanmu!
HealthKenali 12 Gejala Penyakit Autoimun yang Mungkin Kamu Alami
Kenali 12 gejala umum penyakit autoimun seperti kelelahan, nyeri sendi, dan masalah kulit untuk deteksi dini dan penanganan tepat.
HealthKenali Bahaya Water Diet dan Efek Samping yang Tak Terduga!
Water Diet: Efek samping jangka pendek dan panjang yang berbahaya bagi kesehatan, siapa yang harus menghindari diet ekstrem ini?
HealthTips Mengatasi Cegukan saat Puasa tanpa Harus Minum Air Putih
Cegukan sendiri disebabkan oleh kontraksi tiba-tiba pada diafragma, otot yang berfungsi dalam proses pernapasan.
HealthRacikan Jamu Penurun Asam Urat, Solusi Alami dari Tanaman Sekitar Rumah
Tangani masalah asam urat dengan tiga resep jamu tradisional berbahan alami yang mudah ditemukan di sekitar rumah, seperti kunyit, jahe merah, dan daun salam.