Fimela.com, Jakarta Selama bertahun-tahun, merokok dan pencemaran udara telah dianggap sebagai penyebab utama kanker paru-paru. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pola makan juga memiliki peran penting yang tidak boleh diabaikan dalam perkembangan penyakit ini.
Hasil penelitian ini memberikan perspektif baru dalam memahami faktor risiko kanker paru-paru yang mematikan. Molekul glikogen yang berasal dari asupan makanan kita ternyata berkontribusi signifikan terhadap perkembangan adenokarsinoma paru-paru.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Metabolism oleh tim dari University of Florida dan University of Kentucky mengungkapkan bahwa pola makan yang berpotensi menyebabkan kanker paru berkaitan erat dengan tingginya konsumsi karbohidrat serta lemak. Temuan ini menunjukkan bahwa glikogen, yang merupakan bentuk penyimpanan glukosa dalam tubuh, terdeteksi dalam jumlah yang lebih tinggi pada jaringan pasien yang menderita adenokarsinoma paru-paru.
Para peneliti merekomendasikan agar upaya pencegahan kanker paru-paru di masa mendatang harus mempertimbangkan kebijakan yang mendukung pilihan makanan sehat, mirip dengan kampanye anti-merokok yang telah terbukti efektif. Pengetahuan tentang pola makan yang dapat menyebabkan kanker paru-paru ini juga menantang anggapan bahwa kanker paru-paru tidak berhubungan dengan pola makan, sehingga memberikan wawasan baru dalam bidang onkologi dan nutrisi medis.
Untuk informasi lebih lanjut, Fimela.com telah merangkum berbagai sumber pada Selasa (15/4).
Di Amerika, kanker paru-paru membunuh lebih banyak orang dibanding kanker lain. Namun penelitian kanker paru-paru tidak mendapat perhatian sebesar kanker jenis lain. Namun panduan baru Pusat Pengendalian Penyakit AS merilis panduan baru yang mungkin ...
Fungsi Glikogen dalam Kanker Paru
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa molekul glikogen memiliki peran yang signifikan dalam perkembangan kanker paru-paru. Glikogen, yang merupakan bentuk penyimpanan glukosa dalam tubuh, biasanya berfungsi sebagai cadangan energi, terutama di organ seperti hati dan otot.
Tim peneliti dari University of Florida dan University of Kentucky menemukan bahwa kadar glikogen lebih tinggi pada sampel jaringan manusia yang menderita adenokarsinoma paru-paru.
Dalam eksperimen yang dilakukan pada tikus, mereka berhasil membuktikan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas. Peneliti mencatat, "Peningkatan kadar glikogen secara signifikan mempercepat pertumbuhan kanker paru-paru." Sebaliknya, saat molekul glikogen dihilangkan atau dikurangi, perkembangan tumor menjadi terhambat.
Temuan ini menyoroti bagaimana glikogen dapat berfungsi sebagai "makanan manis" bagi sel kanker, memberikan energi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang cepat dan memungkinkan sel-sel kanker untuk mengatasi sistem kekebalan tubuh. Para peneliti menerapkan teknik canggih bernama metabolomik spasial untuk mendeteksi dan menganalisis keberadaan glikogen dalam jaringan.
Metode ini memungkinkan ilmuwan untuk mengenali karakteristik molekul kecil tertentu berdasarkan lokasi mereka di dalam jaringan. Dengan menggunakan platform yang dirancang khusus untuk analisis jaringan, mereka dapat memvisualisasikan pola dan interaksi molekuler yang sebelumnya tidak terdeteksi.
Menariknya, peningkatan kadar glikogen hanya teridentifikasi pada sampel jaringan adenokarsinoma paru-paru manusia, dan tidak ditemukan pada jenis kanker paru-paru lainnya, seperti karsinoma sel skuamosa paru. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara glikogen dan kanker paru-paru mungkin bersifat spesifik untuk jenis kanker tertentu, sehingga membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut di bidang ini.
Penemuan ini dapat menjadi langkah awal untuk memahami lebih dalam tentang mekanisme yang mendasari kanker dan bagaimana cara mengatasi penyakit ini dengan lebih efektif.
Kaitan antara Pola Makan dan Risiko Kanker Paru-paru
Penelitian terbaru mengungkapkan bagaimana pola makan dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker paru-paru melalui efeknya pada kadar glikogen dalam tubuh. Glikogen, yang berasal dari karbohidrat yang kita konsumsi, berfungsi sebagai cadangan energi yang penting saat tubuh beraktivitas. Secara sederhana, glikogen menyimpan glukosa yang tidak langsung digunakan oleh tubuh untuk energi.
Dalam sebuah studi yang dilakukan pada tikus, ditemukan bahwa hewan yang mengonsumsi pola makan tinggi lemak dan karbohidrat menunjukkan tingkat pertumbuhan kanker paru-paru yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tikus yang hanya diberikan pola makan tinggi lemak, tinggi karbohidrat, atau pola makan kontrol. Temuan ini mengindikasikan bahwa kombinasi lemak dan karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan dapat menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel kanker di paru-paru.
Pola makan yang umum di negara Barat, yang kaya akan makanan olahan, karbohidrat sederhana, dan lemak jenuh, seharusnya dipertimbangkan sebagai faktor risiko yang mungkin untuk kanker paru-paru. Selama ini, pola makan semacam ini telah dikenal berkontribusi terhadap berbagai macam penyakit kronis, termasuk diabetes, penyakit jantung, serta beberapa jenis kanker seperti kanker usus besar. Namun, hubungan antara pola makan ini dengan kanker paru-paru masih belum banyak diteliti.
Dr. Ramon Sun, seorang ahli biologi molekuler dari University of Florida, menekankan bahwa kanker paru-paru selama ini tidak dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan pola makan. "Berbeda dengan kanker pankreas atau kanker hati yang sudah lama diketahui memiliki hubungan dengan nutrisi, gagasan bahwa pola makan dapat berperan dalam kanker paru-paru masih jarang dibahas dalam komunitas medis dan masyarakat umum," ujarnya. Hal ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara pola makan dan kanker paru-paru.
Dampak Penelitian terhadap Upaya Mencegah Kanker Paru.
Penelitian mengenai keterkaitan antara pola makan dan kanker paru-paru memiliki dampak signifikan terhadap strategi pencegahan di masa depan. Dr. Ramon Sun menekankan, "pendekatan terhadap pencegahan kanker paru-paru perlu mencerminkan keberhasilan kampanye anti-merokok," dengan fokus lebih pada meningkatkan kesadaran publik serta menerapkan kebijakan yang mendukung pilihan makanan sehat sebagai bagian penting dari pencegahan penyakit.
Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keterkaitan antara pola makan dan kanker paru-paru pada manusia, bukti awal yang ada menunjukkan hasil yang menggembirakan. Oleh karena itu, strategi pencegahan yang menyeluruh seharusnya tidak hanya berfokus pada penghindaran merokok dan polusi udara, tetapi juga mengajak masyarakat untuk mengadopsi pola makan seimbang yang rendah lemak jenuh serta karbohidrat olahan.
Pola makan yang kaya akan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan protein nabati berpotensi memberikan perlindungan terhadap kanker paru-paru. Makanan-makanan tersebut mengandung antioksidan, serat, dan nutrisi penting lainnya yang berfungsi untuk menetralisir radikal bebas serta mendukung sistem kekebalan tubuh dalam melawan sel-sel kanker yang mungkin muncul.
Lebih jauh lagi, meningkatkan kesadaran mengenai hubungan antara pola makan dan kanker paru-paru dapat membantu individu yang berisiko tinggi, seperti mantan perokok atau mereka yang sering terpapar polusi udara. Dengan demikian, mereka dapat mengambil tindakan proaktif dalam mengurangi risiko melalui pilihan makanan yang lebih sehat.
Metode Penelitian dan Teknologi Modern yang Diterapkan
Studi mengenai keterkaitan antara pola makan dan kanker paru-paru ini menerapkan metodologi serta teknologi mutakhir yang memungkinkan para peneliti untuk mengungkap informasi yang sebelumnya tidak terdeteksi. Salah satu teknologi utama yang dimanfaatkan adalah metabolomik spasial, yang merupakan teknik untuk mengidentifikasi molekul-molekul kecil berdasarkan lokasi spesifiknya dalam jaringan. Tim peneliti memanfaatkan platform yang dirancang khusus untuk analisis jaringan, yang memberikan "lensa baru" dalam memvisualisasikan penyakit.
Dengan pendekatan ini, mereka dapat memahami pola dan interaksi molekuler dengan detail yang mencolok serta mendapatkan wawasan yang mendalam. Teknologi ini sangat krusial dalam mengidentifikasi peran glikogen dalam perkembangan kanker paru-paru. Dalam penelitian yang dilakukan pada tikus, para peneliti melaksanakan serangkaian eksperimen untuk mengkonfirmasi hubungan sebab-akibat antara glikogen dan pertumbuhan tumor.
Mereka melakukan manipulasi kadar glikogen dalam model tikus yang menderita kanker paru-paru, baik dengan cara meningkatkan maupun menguranginya, untuk mengamati dampaknya terhadap perkembangan tumor. Pendekatan eksperimental ini memberikan bukti yang kuat mengenai peran glikogen sebagai faktor pendorong dalam pertumbuhan kanker paru-paru.
Lebih jauh lagi, para peneliti juga melakukan analisis terhadap sampel jaringan manusia dari pasien yang menderita berbagai jenis kanker paru-paru. Mereka menemukan bahwa peningkatan kadar glikogen hanya berhubungan dengan adenokarsinoma paru, dan tidak terkait dengan jenis kanker paru lainnya seperti karsinoma sel skuamosa. Spesifisitas ini menyoroti kompleksitas hubungan antara metabolisme, pola makan, dan kanker, serta menegaskan perlunya penelitian lebih lanjut di bidang ini.
Saran Diet untuk Menurunkan Risiko
Penelitian menunjukkan bahwa pola makan dapat mempengaruhi risiko kanker paru-paru melalui pengaturan glikogen. Disarankan untuk membatasi asupan karbohidrat olahan dan gula sederhana, seperti roti putih dan minuman manis, dan memilih karbohidrat kompleks seperti biji-bijian utuh. Menyeimbangkan makronutrien dengan memasukkan protein, lemak sehat, dan karbohidrat kompleks juga penting.
Diet Mediterania, yang kaya buah, sayur, dan minyak zaitun, dapat mengurangi risiko kanker. Selain itu, mempertimbangkan waktu makan, seperti puasa intermiten, dapat membantu mengatur metabolisme glukosa. Namun, pendekatan holistik yang mencakup gaya hidup sehat secara keseluruhan adalah yang terbaik untuk mengurangi risiko kanker paru-paru.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.