Menimbang Peluang Sembuh dan Meninggal Dunia dari Pendarahan Otak yang Dialami Titiek Puspa, Begini Penjelasan Dokter

4 days ago 14
Update Buletin News Dini Viral Terbaru

Fimela.com, Jakarta Penyanyi kondang Titiek Puspa menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis (10/4/2025) di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. Titiek Puspa meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif dan tindakan operasi akibat terjadinya pendarahan otak kiri.

Terjadinya pendarahan otak sepertinya yang dialami mendiang Titiek Puspa merupakan pendarahan lokal akibat pecahnya arteri di dalam jaringan otak. Dr. Abdulloh Machin, dr, Sp.N(K), Neurolog RS UNAIR Surabaya mengungkapkan pendarahan otak sendiri merupakan salah satu tipe dari stroke hemoragik yang terjadi pada 15-30 persen pasien.

"Bisa disebabkan oleh tiga, yakni pasien memiliki tekanan darah terlalu tinggi. Kedua, faktor konsumsi obat pengencer darah untuk mencegah stroke penyumbatan. Ketiga, faktor pembuluh darah itu sendiri," jelas Dr. Abdulloh Machin, dr, Sp.N(K), Neurolog RS UNAIR Surabaya kepada Fimela.

Gejala pada pendarahan otak

Lebih lanjut dr. Abdulloh menjelaskan pasien yang mengalami pendarahan otak akan mengalami nyeri kepala, muntah hingga turun kesadaran. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya tekanan di otak akibat bertambahnya volume darah di otak karena pecah pembuluh darah.

Pada orangtua, pendarahan otak bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang membuat pembuluh darah kecil itu rentan pecah. Selain itu ada kondisi yang disebut dengan kedua, Cerebral Amyloid Angiopathy atau CAA, Cerebral Amyloid Angiopathy, di mana pembuluh darahnya rapuh. Sehingga ketika terjadi kenaikan tekanan darah sedikit saja bisa pecah.

"Kalau tekanan dalam otak terlalu tinggi akan membuat pergeseran struktur penting otak yang akan menyebabkan kematian pada pasien," jelas Dr. Abdulloh.

Angka harapan hidup

Angka kematian pada pasien yang mengalami pendarahan otak rata-rata 30-45%, tergantung pada lokasi pendarahan. Namun apabila pendarahan otak terjadi pada daerah batang otak dan kesadaran pasien terus menurun, bisa meningkatkan risiko kematian hingga 100% lantaran tidak ada intervensi yang bisa dilakukan.

Meski demikian, pasien dengan pendarahan otak masih memiliki peluang untuk sembuh, bahkan bisa kembali dalam kondisi normal tanpa kecatatan ataupun kecacatan minimal. Namun diperlukan terapi lanjutan pasca fase kritis dengan fisioterapi yang cukup intens.

"Karena kalau terjadi pendarahan di otak, darah akan merusak lebih banyak jaringan-jaringan di otak. Sehingga pasien akan terjadi kelumpuhan hingga demensia. Tapi jika dilakukan fisioterapi yang maksimal akan mengurangi kecacatan pasien pasca pendarahan di otak," tutup dr. Abdulloh.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |