Waspada, Ini Bahaya Gula Berlebih pada Anak Pahami Takarannya untuk anak yang Aman

1 day ago 5

ringkasan

  • Konsumsi gula berlebih pada anak meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, kerusakan gigi, penyakit jantung, dan hati berlemak.
  • Gula juga berdampak negatif pada fungsi kognitif, perilaku, dan dapat memicu kecanduan, jauh dari mitos 'sugar rush'.
  • Organisasi kesehatan menyarankan takaran gula tambahan untuk anak tidak lebih dari 10% total energi harian, idealnya 5%, dengan prioritas pada gula alami.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, isu konsumsi gula berlebih pada anak-anak kini menjadi sorotan serius di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, baru-baru ini menyerukan partisipasi aktif para ahli gizi untuk mengedukasi masyarakat mengenai makanan yang layak dikonsumsi, khususnya bagi si kecil.

Kekhawatiran ini muncul karena tingginya angka penderita penyakit gula di Tanah Air, bahkan menjangkiti anak-anak pada usia muda. Penjualan makanan dan minuman manis berkadar gula tinggi di lingkungan sekolah menjadi pemicu utama masalah kesehatan ini.

Oleh karena itu, memahami bahaya gula berlebih dan pentingnya takaran manis untuk anak adalah langkah krusial. Ini demi masa depan kesehatan mereka yang lebih baik. Mari kita selami lebih dalam berbagai risiko kesehatan serius yang mengintai si kecil akibat asupan gula berlebihan.

Ancaman Obesitas dan Diabetes Tipe 2 pada Anak

Konsumsi gula berlebihan merupakan faktor risiko signifikan untuk kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak, sehingga penting memahami takaran manis untuk anak yang aman. Sebuah studi dari University of Groningen dan University Medical Centre Groningen di Belanda menemukan bahwa sumber gula yang dikonsumsi anak dapat lebih memengaruhi berat badan mereka dibandingkan jumlah gula itu sendiri.

Anak-anak yang mendapatkan sebagian besar asupan gula dari buah atau produk susu tanpa pemanis memiliki risiko 67% lebih rendah untuk menjadi kelebihan berat badan atau obesitas pada usia 10 atau 11 tahun. Hal ini kontras dengan mereka yang mengonsumsi gula dari camilan seperti kue atau permen.

Asupan gula tambahan yang berlebihan juga dapat menyebabkan resistensi insulin, yang berkontribusi pada penambahan berat badan dan meningkatkan risiko diabetes. Minuman manis (sugar-sweetened beverages/SSBs) secara khusus dianggap sebagai penyebab utama obesitas pada anak.

Ketika tubuh menerima asupan gula berlebih, kadar glukosa dalam darah meningkat, memicu pankreas untuk bekerja lebih keras menghasilkan insulin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan resistensi insulin yang berujung pada diabetes tipe 2.

Kerusakan Gigi, Penyakit Jantung, dan Hati Berlemak Akibat Gula

Gula adalah makanan bagi bakteri di mulut, yang menyebabkan gigi berlubang dan kerusakan gigi pada anak-anak. Terlalu banyak gula dapat menyebabkan kerusakan gigi, yang merupakan salah satu penyebab utama anak-anak usia 6 hingga 10 tahun mengalami kesulitan makan, tidur, dan berbicara.

Selain itu, konsumsi gula berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Asupan gula berlebihan telah dikaitkan dengan perkembangan tekanan darah tinggi dan kelainan lipid pada anak-anak, yang dapat menyebabkan munculnya penyakit kardiovaskular kronis lebih awal.

Lebih dari 13% anak-anak memiliki masalah dengan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), suatu kondisi di mana lemak disimpan di hati, dan anak-anak yang mengonsumsi terlalu banyak gula memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Gula telah ditemukan sebagai sumber nutrisi kosong yang mengancam kesehatan anak-anak.

Diet tinggi makanan manis sering berarti lebih sedikit nutrisi dari makanan yang lebih sehat, menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral penting yang krusial untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Karena banyaknya kalori yang dikonsumsi dari gula, anak-anak lebih berisiko mengalami defisit nutrisi di area lain.

Gula, Otak, dan Perilaku Anak: Lebih dari Sekadar "Sugar Rush"

Gula memberikan dorongan energi cepat yang diikuti oleh penurunan drastis, yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati, iritabilitas, dan kesulitan berkonsentrasi pada anak-anak. Penurunan insulin yang tiba-tiba dapat membuat anak menjadi lebih malas, lelah, dan mudah tersinggung, serta meningkatkan keinginan mereka untuk mengonsumsi lebih banyak gula.

Konsumsi gula berlebihan juga telah dikaitkan dengan gangguan fungsi kognitif dan memori yang lebih buruk pada anak-anak. Lonjakan dan penurunan gula dapat memengaruhi fungsi otak, sehingga lebih sulit bagi anak-anak untuk belajar dan menyimpan informasi.

Meskipun diperlukan lebih banyak penelitian, beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara asupan gula tinggi dan hiperaktivitas serta gangguan perhatian pada anak-anak. Namun, konsep "sugar rush" atau peningkatan energi dan suasana hati yang tiba-tiba akibat konsumsi gula, tidak terbukti secara ilmiah. Sebuah meta-analisis dari 31 studi justru menunjukkan tidak ada efek positif antara konsumsi karbohidrat dengan suasana hati, melainkan berhubungan dengan peningkatan kelelahan dan kurangnya kewaspadaan.

Lebih parah lagi, gula dapat memicu pelepasan dopamin di otak, menciptakan perasaan senang yang membuat seseorang ingin mengonsumsinya lagi dan lagi, mirip dengan efek zat adiktif. Konsumsi gula dalam jangka panjang dapat menyebabkan desensitisasi reseptor dopaminergik, sehingga membutuhkan asupan glukosa yang lebih tinggi untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama.

Mengatur takaran manis untuk anak: Panduan untuk Orang Tua

Mengingat beragam bahaya yang mengintai, sangat penting bagi Sahabat Fimela untuk mengatur takaran manis untuk anak sejak dini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar asupan gula tambahan pada anak tidak melebihi 10% dari total energi harian. Bahkan, batas idealnya adalah maksimal 5% untuk manfaat kesehatan yang optimal.

Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) merekomendasikan bahwa gula dalam diet anak usia 2 tahun seharusnya hanya mencakup 10% dari kalori harian mereka. Namun, rata-rata diet anak saat ini mengonsumsi 17% gula, jauh melebihi anjuran.

Untuk menjaga kesehatan si kecil, prioritaskan gula alami dari buah-buahan utuh dan produk susu tanpa pemanis. Hindari minuman manis dan camilan tinggi gula yang sering dijual bebas, terutama di lingkungan sekolah. Edukasi dan pengawasan aktif dari orang tua serta ahli gizi, seperti yang diserukan oleh Menko Pangan, adalah kunci untuk membentuk pola makan sehat dan memastikan takaran manis untuk anak tetap terkontrol.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Anisha Saktian Putri

    Author

    Anisha Saktian Putri
2026 Naik, Beli Sekarang!

2026 Naik, Beli Sekarang!

Lihat Selengkapnya

Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |