Terkuak! Ini 4 Penyebab Asam Lambung Banyak Diderita Gen Z yang Wajib Kamu Tahu

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah kondisi ketika asam dari lambung naik kembali ke kerongkongan. Ini menyebabkan sensasi terbakar di dada atau nyeri yang tidak nyaman. Meskipun dahulu lebih sering dikaitkan dengan usia lanjut, kini tren penderita GERD bergeser ke usia muda.

Data dan observasi klinis menunjukkan bahwa Gen Z, yang berusia antara 12 hingga 27 tahun, menjadi populasi rentan. Sekretaris Jenderal PB IDI, dr. Ulul Albab, menyoroti peningkatan kasus ini hingga 36% di kalangan mereka. Fenomena ini menarik sekaligus mengkhawatirkan, mengingat penyakit ini dulunya banyak menyerang usia di atas 40 tahun.

Peningkatan kasus asam lambung pada Gen Z ini disebabkan oleh kombinasi gaya hidup modern yang serba cepat. Pola makan tidak teratur, serta tingkat stres yang tinggi menjadi faktor utamanya. Mari kita telaah lebih dalam mengenai penyebab asam lambung banyak diderita Gen Z.

Salah satu penyebab asam lambung banyak diderita Gen Z adalah pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur. Banyak Gen Z sering melewatkan waktu makan utama, terutama sarapan, lalu menggantinya dengan camilan tinggi lemak atau makanan cepat saji. Makanan seperti burger, pizza, atau nugget, yang tinggi lemak jenuh, dapat memperlambat pengosongan lambung dan memperburuk refluks asam.

Selain itu, Gen Z juga cenderung menyukai makanan pedas dan asam. Jenis makanan ini dapat mengiritasi lapisan lambung dan memicu peningkatan produksi asam lambung berlebih. Kebiasaan makan larut malam sebelum tidur juga berkontribusi besar, karena posisi tubuh horizontal memudahkan asam lambung naik ke kerongkongan.

Konsumsi kafein dan minuman bersoda berlebihan juga menjadi bagian dari gaya hidup Gen Z. Kopi, teh, minuman energi, dan soda mengandung kafein serta gas yang dapat melemahkan otot sfingter esofagus. Otot ini berfungsi mencegah naiknya asam lambung, sehingga pelemahan ini meningkatkan risiko GERD. Studi menunjukkan, individu yang mengonsumsi lebih dari dua cangkir kopi per hari memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala GERD.

Kebiasaan begadang yang umum di kalangan Gen Z, seringkali karena tekanan akademis atau pekerjaan, dapat mengganggu metabolisme tubuh. Kurang tidur membuat tubuh tidak punya waktu untuk memperbaiki diri, sehingga memperburuk gejala GERD dan masalah pencernaan lainnya. Ritme alami sistem pencernaan mereka pun terganggu.

Gaya hidup digital yang membuat Gen Z duduk terlalu lama di depan layar gadget juga berdampak buruk bagi sistem pencernaan. Kurangnya aktivitas fisik atau olahraga memperlambat metabolisme tubuh. Hal ini secara tidak langsung memperburuk gejala asam lambung yang mungkin sudah ada.

Selain itu, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol juga menjadi pemicu serius. Senyawa nikotin pada rokok memiliki efek mengendurkan sfingter esofagus, membuat asam lambung lebih mudah naik. Alkohol juga memiliki efek serupa, sehingga kedua kebiasaan ini sangat tidak disarankan bagi penderita GERD.

Tuntutan akademik, tekanan media sosial, masalah finansial, dan persaingan sosial media menjadi sumber stres yang tinggi bagi Gen Z. Stres adalah penyebab asam lambung banyak diderita Gen Z yang sering terabaikan. Ketika seseorang dalam keadaan stres atau cemas, tubuh akan memproduksi terlalu banyak asam lambung.

Stres kronis juga dapat mengurangi tekanan pada katup kerongkongan bawah. Ini membuat asam lebih mudah naik ke kerongkongan. Kondisi ini menciptakan lingkaran setan di mana stres memicu asam lambung, dan gejala asam lambung yang tidak nyaman dapat meningkatkan stres.

Banyak anggota Gen Z mengalami kecemasan dan gangguan kesehatan mental lainnya. Gangguan ini berhubungan langsung dengan gejala GERD seperti perut mulas, mual, dan nyeri dada. Oleh karena itu, pengelolaan stres menjadi kunci penting dalam mencegah dan mengatasi asam lambung.

Selain gaya hidup, ada beberapa faktor lain yang turut berkontribusi pada peningkatan kasus GERD di kalangan Gen Z. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik juga berperan dalam perkembangan GERD, meskipun bukan penyebab utama lonjakan kasus pada generasi ini. Artinya, jika ada riwayat keluarga dengan GERD, risiko untuk Gen Z mungkin lebih tinggi.

Konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat memicu asam lambung. Obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, beberapa obat penenang, dan obat tekanan darah dapat mengiritasi lambung. Infeksi bakteri di lambung, seperti Helicobacter pylori (H. pylori), juga dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan memperparah kondisi GERD.

Jika tidak ditangani dengan baik, GERD dapat memicu komplikasi serius seperti peradangan kerongkongan (esofagitis), tukak lambung, penyempitan saluran esofagus, bahkan meningkatkan risiko kanker kerongkongan. Untuk mengurangi risiko ini, dr. Vera Ning Wulan Sari menyarankan perubahan gaya hidup, seperti makan teratur, menghindari makan dalam jumlah besar sekaligus, membatasi makanan pedas dan asam, serta mengurangi konsumsi kopi kekinian. Mengelola stres melalui olahraga juga sangat penting. Mengelola gaya hidup sehat adalah kunci utama dalam mencegah kambuhnya asam lambung, Sahabat Fimela.