Mengenal Bahaya Konsumsi Terigu bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui

16 hours ago 7

ringkasan

  • Konsumsi terigu olahan berlebihan dapat memicu penyakit autoimun seperti Celiac dan sensitivitas gluten non-celiac, merusak usus halus serta menyebabkan berbagai gejala sistemik.
  • Tepung terigu memiliki indeks glikemik tinggi yang meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes tipe 2, serta memicu peradangan sistemik yang berkontribusi pada penyakit jantung dan kanker.
  • Selain menyebabkan masalah pencernaan dan defisiensi nutrisi akibat proses pemurnian, terigu olahan juga berkontribusi pada peningkatan berat badan, gangguan kognitif, dan masalah kulit.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, tepung terigu telah menjadi bahan makanan pokok yang tak terpisahkan dari berbagai hidangan sehari-hari kita. Mulai dari roti, pasta, kue, hingga mi, produk berbahan dasar terigu selalu mudah ditemukan dan praktis untuk diolah. Namun, di balik kepraktisannya, konsumsi tepung terigu, terutama jenis olahan, secara berlebihan dapat menyimpan potensi bahaya serius bagi kesehatan tubuh.

Banyak dari kita mungkin belum sepenuhnya menyadari dampak jangka panjang dari kebiasaan mengonsumsi terigu olahan. Proses pemurnian yang menghilangkan banyak nutrisi penting justru menyisakan komponen yang berisiko memicu berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam apa saja risiko yang mungkin timbul.

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai bahaya konsumsi terigu bagi kesehatan yang perlu Sahabat Fimela ketahui. Dengan informasi ini, diharapkan kita dapat membuat pilihan diet yang lebih bijak dan seimbang demi menjaga kesehatan optimal. Mari kita telaah lebih lanjut potensi ancaman tersembunyi di balik bahan makanan populer ini.

Mengenal Ancaman Gluten: Celiac dan Sensitivitas Terigu

Salah satu bahaya konsumsi terigu bagi kesehatan yang paling dikenal adalah kaitannya dengan gluten. Gluten merupakan protein yang ditemukan dalam gandum, jelai, dan gandum hitam, yang menjadi pemicu utama penyakit celiac. Kondisi autoimun kronis ini menyerang usus kecil dan memengaruhi sekitar 1 dari 100 orang di seluruh dunia, meskipun banyak yang tidak terdiagnosis.

Ketika seseorang dengan penyakit celiac mengonsumsi gluten, tubuh akan bereaksi berlebihan, merusak vili di dinding usus kecil. Kerusakan ini menghambat kemampuan usus untuk menyerap nutrisi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan malnutrisi. Gejala penyakit celiac sangat bervariasi, meliputi nyeri perut, kembung, diare kronis, kelelahan, penurunan berat badan, anemia, osteoporosis, hingga masalah neurologis.

Selain celiac, terdapat juga kondisi sensitivitas gluten non-celiac (NCGS), di mana seseorang mengalami gejala serupa setelah mengonsumsi gluten tanpa memiliki penyakit celiac atau alergi gandum. Penelitian menunjukkan bahwa gandum dapat memicu peradangan pada saluran pencernaan beberapa orang, bahkan memicu respons peradangan pada sekitar 70% penderita NCGS. Satu-satunya pengobatan efektif untuk kedua kondisi ini adalah kepatuhan seumur hidup terhadap diet bebas gluten yang ketat.

Terigu dan Gula Darah: Pemicu Diabetes dan Resistensi Insulin

Tepung terigu putih, atau yang sering disebut maida, memiliki indeks glikemik (IG) yang tinggi, biasanya berkisar antara 70 hingga 85. Ini berarti konsumsi terigu olahan dapat menyebabkan peningkatan cepat kadar gula darah setelah dikonsumsi. Proses pemurnian gandum menghilangkan dedak dan kuman, menyisakan pati yang lebih cepat dicerna dan diserap tubuh.

Peningkatan gula darah yang cepat ini memicu pelepasan insulin yang berlebihan dari pankreas. Konsumsi karbohidrat olahan secara berlebihan dapat menyebabkan resistensi insulin, suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Resistensi insulin ini merupakan prediktor penting untuk sindrom metabolik dan diabetes tipe 2.

Data menunjukkan peningkatan pesat jumlah penderita diabetes di Indonesia, dan karbohidrat olahan seperti yang terdapat pada tepung terigu menjadi risiko terbesar penyebab resistensi insulin. Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa tepung terigu kaya akan alloxan, senyawa kimia yang dapat merusak sel beta pankreas yang menghasilkan insulin, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan diabetes. Ini adalah salah satu bahaya konsumsi terigu bagi kesehatan yang patut diwaspadai.

Peradangan Sistemik hingga Risiko Kanker Akibat Konsumsi Terigu

Ketidakseimbangan gula darah yang disebabkan oleh konsumsi terigu dapat menjadi alasan kuat terjadinya peradangan sistemik dalam tubuh. Penelitian baru menunjukkan bahwa keluarga protein dalam gandum, yang disebut amylase-trypsin inhibitors (ATIs), dapat memicu respons imun dan peradangan tidak hanya di usus tetapi juga di jaringan lain seperti kelenjar getah bening, ginjal, limpa, dan otak.

Gandum, baik utuh maupun olahan, dapat meningkatkan peradangan dalam tubuh dengan memengaruhi saluran pencernaan. Peradangan kronis ini dikaitkan dengan berbagai gangguan seperti sindrom iritasi usus besar, eksim, asma, dan radang sendi. Peradangan sistemik yang dipicu oleh konsumsi terigu juga dapat menyebabkan kerusakan pada sistem vaskular dan kadar lipid, yang berkontribusi pada penyakit kardiovaskular.

Konsumsi karbohidrat olahan juga dapat memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi, karena gangguan hubungan antara glukosa dan insulin. Selain itu, beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan langsung antara konsumsi tepung terigu olahan berlebihan dan peningkatan risiko kanker tertentu, seperti kanker usus besar, payudara, dan endometrium. Efek ini kemungkinan dimediasi oleh peningkatan pelepasan faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1) yang dipicu oleh asupan karbohidrat olahan.

Gangguan Pencernaan dan Defisiensi Nutrisi: Efek Samping Terigu

Tepung terigu olahan sangat rendah serat, yang dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit, kembung, dan gas. Gluten dalam tepung terigu juga dapat bertindak seperti "lem" di usus, menyebabkan kongesti dan memperlambat sistem pencernaan secara keseluruhan. Konsumsi berlebihan juga dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan bakteri pencernaan, yang berdampak besar pada kenaikan berat badan.

Selama proses pemurnian, gandum kehilangan sebagian besar serat, vitamin B, vitamin E, dan mineral penting seperti zat besi, tembaga, seng, dan magnesium. Meskipun beberapa tepung diperkaya dengan nutrisi tertentu setelah diproses, nutrisi yang ditambahkan mungkin tidak sekomprehensif atau seefektif nutrisi alami yang hilang.

Diet yang didominasi oleh tepung olahan dapat menggantikan makanan yang lebih sehat dan kaya nutrisi, yang pada akhirnya menyebabkan kekurangan vitamin dan mineral penting. Kekurangan nutrisi ini dapat bermanifestasi sebagai anemia, kerusakan email gigi, dan peningkatan kerentanan terhadap penyakit. Ini adalah bahaya konsumsi terigu bagi kesehatan yang sering terabaikan.

Berat Badan Berlebih dan Dampak Lain dari Terigu Olahan

Tepung terigu olahan tinggi kalori tetapi rendah serat, yang berarti tidak memberikan rasa kenyang yang tahan lama dan dapat memicu makan berlebihan. Karbohidrat tinggi dalam tepung terigu diubah menjadi gula dalam tubuh, dan jika dikonsumsi berlebihan, dapat menyebabkan penumpukan lemak dan kenaikan berat badan. Konsumsi tepung terigu juga dapat merusak oksidasi lemak dan menyebabkan gangguan pada kesehatan bakteri pencernaan, yang keduanya berkontribusi pada penambahan berat badan dan obesitas.

Selain itu, konsumsi tepung olahan telah dikaitkan dengan gangguan kognitif dan depresi. Gluten dapat memiliki efek seperti eksorfin, memberikan perasaan nyaman sementara meskipun berpotensi merusak tubuh, yang dapat memicu kecanduan makanan. Masalah kulit seperti ruam gatal melepuh (dermatitis herpetiformis) sering dikaitkan dengan penyakit celiac, dan jerawat juga dapat dipicu oleh konsumsi tepung olahan.

Makanan berbahan tepung terigu, terutama yang tinggi karbohidrat, juga dapat menyebabkan peradangan pada gusi dan berkontribusi pada kerusakan gigi. Mengurangi konsumsi terigu olahan adalah langkah penting untuk mencegah berbagai dampak negatif ini. Sahabat Fimela, pertimbangkan untuk membatasi konsumsi gula hingga maksimal 6 sendok teh per hari dan perbanyak buah, sayur, serta protein tanpa lemak untuk menjaga kesehatan organ tubuh jangka panjang.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Nabila Mecadinisa
Read Entire Article
Health | Komunitas | Berita Hot |