Fimela.com, Jakarta Kanker kolon, penyakit mematikan yang menyerang usus besar, bisa dideteksi sejak dini. Deteksi dini kanker kolon sangat penting karena pengobatannya jauh lebih efektif pada stadium awal. Kanker ini berkembang bertahap, seringkali berawal dari polip jinak yang kemudian berubah menjadi ganas. Maka, mengenali gejalanya dan melakukan deteksi dini adalah kunci utama untuk melawannya.
Akhir-akhir ini kanker kolon bukan hanya menyerang usia lanjut di atas lima puluh tahun, melainkan kalangan muda berusia 20 tahun ke atas mulai rentan terkena kanker kolon. Karena itu, penting untuk selalu waspada dan mendeteksi munculnya kanker kolon sejak dini.
Berdasarkan data The Global Cancer Observatory (Globocan), di tahun 2022 ada lebih dari 1,9 juta kasus kanker kolon terdeteksi di seluruh dunia. Selain itu, dikutip dari situs IARC, World Health Organization (WHO), kanker kolorektal mengakibatkan lebih dari 900.000 orang wafat per tahun, menjadikannya penyebab kematian kedua di dunia setelah kanker paru-paru.
dr. Randy Adiwinata, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam dari RS Siloam MRCCC Semanggi, menjelaskan kanker kolon merupakan kanker yang tumbuh di area usus besar. Ini tidak serta merta muncul melainkan berproses.
"Sebagian besar berasal dari polip yang kecil dan terus tumbuh mengalami mutasi genetik, hingga akhirnya pertumbuhan tumor tidak terkendali dan menjadi ganas," ujar dr. Randy.
Gejala Kanker Kolon
Kanker kolon sering kali terabaikan karena pada stadium awal tidak menunjukkan gejala yang jelas. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala-gejala yang dapat menandai kanker kolon, antara lain:
· Perubahan pola dan konsistensi feses - Frekuensi BAB yang menjadi lebih sering atau lebih jarang dari biasanya, serta perubahan bentuk atau tekstur feses tanpa penyebab yang jelas.
· BAB (Buang Air Besar) berdarah - Adanya darah segar atau darah yang bercampur dengan feses, yang dapat menjadi tanda perdarahan dalam saluran pencernaan.
· Perasaan BAB tidak tuntas - Sensasi seolah-olah usus belum sepenuhnya kosong setelah buang air besar, meskipun sudah dilakukan berkali-kali.
· Anemia - Kekurangan sel darah merah yang dapat menyebabkan kelelahan, pucat, dan lemas, sering kali akibat perdarahan kronis di usus besar.
· Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas - Berat badan turun secara signifikan tanpa perubahan pola makan atau aktivitas fisik yang berbeda.
· Adanya benjolan pada perut atau dubur - Teraba massa atau pembengkakan yang bisa menjadi tanda adanya pertumbuhan abnormal di dalam usus besar atau di sekitar area dubur.
· Sumbatan usus yang parah - Kanker yang membesar dapat menghalangi saluran usus, menyebabkan kesulitan buang air besar dan buang angin, yang bisa berujung pada kondisi darurat medis.
· Perut membesar - Akumulasi gas atau cairan di dalam rongga perut akibat gangguan pada usus, yang bisa menjadi indikasi kanker kolon stadium lanjut.
Salah satu faktor utama adalah faktor genetik, yaitu riwayat keluarga dengan kanker kolon dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap penyakit ini. Selain itu, usia juga berperan penting, karena kanker kolon lebih sering terjadi pada individu berusia 50 tahun ke atas. Gaya hidup dan kondisi kesehatan tertentu turut menjadi pemicu, seperti obesitas dan diabetes melitus yang dapat meningkatkan risiko. Keberadaan polip usus yang tidak ditangani juga berpotensi berkembang menjadi kanker.
Kebiasaan tidak sehat, seperti merokok, kurangnya asupan serat dalam pola makan, serta tingginya konsumsi daging merah, turut berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker kolon. Selain itu, kondisi medis tertentu seperti penyakit radang usus kronik (Inflammatory Bowel Disease), juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena kanker kolon. Memahami berbagai faktor risiko ini sangat penting untuk pencegahan serta deteksi dini yang lebih efektif.
Pencegahan dan Diagnosis dan Tindakan Kolonoskopi
Kanker kolon dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat. Pertama, mulailah dengan mengurangi ultra processed food (UPF) atau makanan olahan yang tinggi garam dan berpengawet. Kedua, kurangi konsumsi daging merah. Ketiga, biasakan konsumsi makanan berserat. Semua ini akan lebih efektif kalau Anda merutinkan olahraga dan berhenti merokok. Selain itu, tetap waspada dengan memperhatikan pola BAB dan perubahan pada konsistensi kotoran (feses).
Penting untuk membedakan gejala kanker kolon dengan kondisi lain, termasuk wasir. Perdarahan akibat kanker usus besar biasanya ditandai dengan darah berwarna segar yang bercampur dengan feses, disertai dengan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, serta perubahan pola dan konsistensi feses. Sementara itu, perdarahan akibat wasir umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri, dengan darah yang tidak bercampur dengan feses, melainkan menetes setelah BAB, dan sering terjadi pada feses yang keras. Memahami perbedaan ini dapat membantu deteksi dini serta penanganan yang lebih tepat. Akan tetapi, untuk membedakan secara tepat perlu pemeriksaan penunjang yang lebih akurat. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut.
”Pada prinsipnya semua perdarahan pada kotoran merupakan alarm bahwa seorang pasien memerlukan evaluasi dari dokter. Seringkali pasien menganggap ini wasir. Setelah diperiksa lebih lanjut ternyata itu kanker usus besar stadium lanjut,” tutur dokter Randy
Diagnosis kanker kolon utamanya dilakukan melalui tindakan kolonoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang endoskopi melalui dubur untuk memeriksa permukaan dalam usus. Dengan kolonoskopi, dokter akan mengambil sampel atau biopsi dari massa kanker. Sampel ini kemudian diperiksa di laboratorium untuk mengetahui jenis kanker serta mutasi genetiknya.
Selain itu, dokter juga bisa menggunakan CT scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), bahkan Positron Emission Tomography (PET) scan untuk memeriksa lebih lanjut penyebaran kanker.
Dokter Randy menambahkan ”American College of Gastroenterology merekomendasikan skrining kolonoskopi pada semua orang dengan atau tanpa gejala pada usia 45 tahun. Ini untuk mendeteksi kemungkinan polip usus sehingga kanker usus bisa dicegah. Cara lain adalah melakukan pemeriksaan darah samar pada feses. Apabila ditemukan darah, kolonoskopi tetap perlu dilakukan.”
Seperti kasus aktor besar Ryan Reynolds, dengan tindakan kolonoskopi dokter menemukan polip di usus besarnya, yang jika tidak terdeteksi sejak dini bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. Menurut dr. Randy, bahwa penemuan polip ini berpotensi menyelamatkan nyawa Reynolds, mengingat deteksi dini kanker usus besar dapat meningkatkan peluang penyembuhan secara signifikan.
Konsultasi Dokter: Langkah Penting Deteksi Dini
Penanganan kanker kolon harus dilakukan secara multidisiplin. Dokter yang terlibat terdiri dari dokter ahli onkologi, dokter ahli gastroenterologi, dokter ahli bedah, ahli radioterapi, ahli gizi, perawat stoma, termasuk alat penunjangnya.
Saat ini, terapi kanker kolon sudah berkembang sangat pesat. Para dokter bisa menerapkan terapi yang lebih tepat melalui pemeriksaan mutasi genetik dan pemeriksaan biomarker. Hasil terapinya lebih maksimal dengan efek samping lebih minimal. Di antaranya dengan terapi imun (immunotherapy) atau terapi bertarget (targeted therapy). Immunotherapy adalah terapi dengan memanfaatkan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
Pada kanker kolon stadium awal, terapi pembedahan umumnya menjadi pilihan. Tujuannya untuk mengangkat seluruh kanker usus besar. Sedangkan pengobatan lanjutan dengan kemoterapi tergantung pada stadium kanker. Pada beberapa kasus, kemoterapi dilakukan lebih dulu untuk mengecilkan kanker agar pembedahan bisa dilakukan. Radiasi juga bisa menjadi tambahan pengobatan.
”Penanganan kanker kolon di RS Siloam MRCCC Semanggi dilakukan secara multidisiplin. Kami melakukan multidisciplinary team meeting, mendiskusikan rencana tindak lanjut baik diagnostik maupun terapi. Tim terdiri dari ahli yang berpengalaman di bidangnya. Ada konsultan onkologi, konsultan gastroenterologi, tim radioterapi, spesialis bedah, spesialis gizi, spesialis radiologi yang saling menunjang satu sama lain untuk merawat pasien kanker kolon. Selain itu, terdapat perawat ahli luka untuk stoma dan juga unit paliatif untuk para pasien kanker kolon stadium lanjut,” jelas dokter Randy.
Alat diagnostik yang dimiliki RS Siloam MRCCC Semanggi meliputi pemeriksaan CT scan, MRI, hingga PET scan untuk diagnosis lebih akurat. Tersedia pula pemeriksaan biomarker atau mutasi genetik. Pemeriksaan ini untuk menentukan pilihan apakah immunotherapy atau targeted therapy yang cocok untuk pasien.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.