Fimela.com, Jakarta Kanker kolorektal dulu lebih sering dikaitkan dengan orang tua, tetapi kini semakin mengancam kaum muda. Lonjakan kasus di kalangan generasi produktif menimbulkan kekhawatiran baru di dunia medis. Gaya hidup dan pola makan modern menjadi salah satu faktor pemicu utama.
Penyakit ini sering berkembang tanpa gejala pada tahap awal, sehingga seringkali terdeteksi terlambat. Padahal, deteksi dini melalui skrining bisa menyelamatkan nyawa. Sayangnya, banyak orang masih mengabaikan pemeriksaan rutin.
Kanker kolorektal biasanya dimulai dari polip di usus besar atau rektum yang berkembang menjadi ganas. Jika tidak segera ditangani, kanker ini dapat menyebar ke organ lain. Oleh karena itu, penting untuk memahami penyebab, gejala, dan langkah pencegahannya sejak dini.
Kanker usus besar jadi salah satu penyakit kronis mematikan. Beberapa gejala kerap hadir tanpa disadari.
Awal Mula: dari Polip hingga Menjadi Kanker
Kanker kolorektal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal di dalam usus besar atau rektum. Penyakit ini sering kali berawal dari polip, yaitu jaringan abnormal yang tumbuh di dinding usus. Polip ini bisa bersifat jinak, tetapi ada beberapa jenis yang dapat berkembang menjadi kanker jika tidak ditangani.
Perubahan genetik atau mutasi pada DNA sel usus adalah penyebab utama dari perubahan ini. Ketika DNA mengalami kerusakan, sel-sel dapat membelah secara tidak terkendali, membentuk massa atau tumor. Seiring waktu, tumor ini bisa menyerang jaringan di sekitarnya dan bahkan menyebar ke organ lain, yang dikenal sebagai metastasis.
Pada tahap awal, kondisi ini sering kali tidak menunjukkan gejala. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan skrining secara rutin, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko. Prosedur skrining seperti kolonoskopi dapat mendeteksi polip sebelum mereka berkembang menjadi kanker.
Gejala yang Sering Diabaikan
Kanker kolorektal sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, terutama jika tumbuh di sisi kanan usus besar. Feses yang masih cair dan ukuran lumen usus yang lebih besar membuat tumor tersembunyi cukup lama. Akibatnya, banyak pasien baru menyadari keberadaan kanker saat sudah memasuki tahap lanjut.
Berikut ini gejala-gejala yang perlu diwaspadai:
1. Diare atau Sembelit yang Berkepanjangan
Perubahan pola buang air besar secara terus-menerus, terutama jika berlangsung lebih dari beberapa minggu, bisa menjadi tanda awal. Baik diare maupun sembelit yang tidak kunjung membaik perlu diwaspadai.
2. Perasaan Buang Air Tidak Tuntas
Meski sudah buang air besar, pasien sering merasa masih ada sisa di dalam usus. Rasa tidak nyaman ini muncul karena adanya sumbatan atau tekanan dari tumor di dinding usus.
3. Adanya Darah dalam Tinja
Darah bisa tampak jelas atau tersembunyi dalam bentuk tinja berwarna sangat gelap. Ini bisa disebabkan oleh perdarahan dari tumor di dalam usus besar atau rektum.
4. Nyeri Perut dan Kembung
Kanker yang tumbuh bisa menimbulkan tekanan, kram, atau rasa nyeri yang tidak biasa di perut. Gejala ini kerap disalahartikan sebagai gangguan pencernaan ringan.
5. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab
Jika Anda kehilangan berat badan secara signifikan tanpa mengubah pola makan atau aktivitas fisik, ini bisa menjadi sinyal adanya gangguan metabolik serius, termasuk kanker.
6. Tubuh Mudah Lelah
Kelelahan kronis terjadi karena tubuh mengalami kekurangan nutrisi dan energi akibat kanker, terutama bila disertai anemia.
7. Gejala Anemia
Penderita bisa mengalami pucat, pusing, dan jantung berdebar karena kekurangan sel darah merah akibat perdarahan kronis dari tumor.
8. Gejala yang Terus Berulang
Ingat, kanker kolorektal biasanya baru menimbulkan gejala ketika sel kanker sudah makin berkembang. Artinya, jangan anggap remeh keluhan yang sering kambuh walau terlihat sepele.
Penyebab Kanker Kolorektal
Kanker kolorektal tidak muncul begitu saja. Ada dua kelompok faktor risiko utama yang memengaruhi: genetik dan gaya hidup. Meski kamu tidak bisa mengubah faktor keturunan, kamu masih bisa menekan risiko lewat perubahan pola hidup.
Berikut ini daftar lengkap faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker kolorektal:
1. Riwayat Keluarga dengan Kanker Kolon
Memiliki orang tua, saudara kandung, atau anak yang pernah didiagnosis kanker usus besar bisa meningkatkan risiko secara signifikan.
2. Sindrom Genetik Seperti Lynch
Kelainan genetik seperti Lynch Syndrome atau Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dapat menyebabkan pertumbuhan polip dalam jumlah besar di usus besar sejak usia muda.
3. Riwayat Kanker di Usia Muda dalam Keluarga
Jika ada anggota keluarga yang didiagnosis kanker kolorektal di bawah usia 50, maka skrining perlu dilakukan lebih dini dan lebih sering.
4. Pola Makan Rendah Serat
Kurangnya asupan sayur, buah, dan biji-bijian dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan meningkatkan risiko pembentukan polip di usus.
5. Konsumsi Makanan Tinggi Lemak dan Olahan
Makanan cepat saji, daging merah berlemak, dan makanan olahan mengandung lemak jenuh yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko kanker usus besar.
6. Kurang Aktivitas Fisik
Gaya hidup sedentari atau terlalu banyak duduk tanpa olahraga rutin berkontribusi terhadap peradangan dan metabolisme yang buruk dalam tubuh.
7. Kelebihan Berat Badan dan Obesitas
Indeks massa tubuh yang tinggi telah terbukti meningkatkan risiko kanker kolorektal, serta menurunkan peluang kesembuhan jika kanker muncul.
8. Kebiasaan Merokok
Zat kimia dalam rokok dapat merusak sel-sel usus dan memicu mutasi DNA yang berujung pada pertumbuhan sel kanker.
9. Konsumsi Alkohol Berlebihan
Minum alkohol secara rutin dan dalam jumlah tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon dan merusak dinding usus, meningkatkan risiko kanker.
10. Penyakit Kronis Seperti Diabetes dan Radang Usus
Penderita diabetes tipe 2, penyakit Crohn, atau kolitis ulseratif memiliki risiko lebih tinggi karena adanya peradangan jangka panjang pada saluran cerna.
Tahapan Diagnosis yang Menyeluruh
Dalam upaya mendiagnosis kanker kolorektal, terdapat beberapa prosedur medis yang perlu dilalui. Proses ini dimulai dengan tes darah untuk mendeteksi kemungkinan anemia atau peningkatan kadar CEA, yang merupakan penanda kanker. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau MRI untuk memantau penyebaran penyakit.
Kolonoskopi tetap menjadi metode paling andal untuk mendeteksi kanker usus besar. Melalui prosedur ini, dokter dapat melihat langsung kondisi usus dan mengambil sampel jaringan (biopsi) jika ditemukan kelainan. Metode pemeriksaan lainnya seperti sigmoidoskopi atau proktoskopi juga bisa digunakan, tergantung pada kebutuhan pasien.
Skrining bukan hanya untuk mereka yang sudah menunjukkan gejala, tetapi juga penting bagi individu yang memiliki risiko tinggi. Alodokter merekomendasikan agar orang yang berusia di atas 45 tahun menjalani skrining secara rutin. Penting untuk berdiskusi dengan dokter mengenai jenis dan jadwal skrining yang paling sesuai.
Pencegahan Kanker Kolorektal
Meskipun tidak semua kasus kanker kolorektal dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko:
- Pola Makan Sehat: Konsumsi makanan tinggi serat, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Batasi lemak jenuh, daging merah, dan daging olahan.
- Aktivitas Fisik Teratur: Lakukan olahraga secara rutin untuk menjaga kesehatan tubuh.
- Menghindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan: Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol.
- Skrining: Pemeriksaan skrining, seperti kolonoskopi, sangat dianjurkan untuk deteksi dini, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko tinggi. Diskusikan dengan dokter tentang kapan dan seberapa sering Anda perlu melakukan skrining.
Informasi ini bersifat umum dan untuk tujuan edukasi. Selalu konsultasikan dengan dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Gejala dan penyebab kanker kolorektal dapat bervariasi, dan penting untuk mendapatkan perawatan medis profesional jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan.
People Also Ask (FAQ)
1. Apa yang dimaksud dengan kanker kolorektal?
Kanker kolorektal adalah kanker yang berkembang di usus besar atau rektum, yang dapat mengancam jiwa jika tidak terdeteksi dan diobati dengan tepat.
2. Siapa yang berisiko terkena kanker kolorektal?
Orang yang berisiko tinggi termasuk mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal, berusia di atas 50 tahun, atau memiliki kondisi medis tertentu seperti penyakit radang usus.
3. Bagaimana cara mendeteksi kanker kolorektal?
Pemeriksaan skrining seperti kolonoskopi adalah metode yang efektif untuk mendeteksi kanker kolorektal sejak dini.
4. Apakah kanker kolorektal dapat dicegah?
Meskipun tidak semua kasus dapat dicegah, mengadopsi pola makan sehat, berolahraga, dan melakukan skrining secara teratur dapat mengurangi risiko.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.