Fimela.com, Jakarta Di Indonesia, jengkol atau Archidendron pauciflorum adalah salah satu makanan yang memiliki tempat istimewa di hati banyak orang berkat aroma khasnya yang tajam dan cita rasa yang memikat. Biji jengkol sering kali diolah menjadi berbagai hidangan lezat seperti semur, sambal goreng, hingga emping yang menggugah selera.
Meskipun jengkol kaya akan nutrisi penting seperti protein, zat besi, kalsium, serta vitamin A, B, dan C, konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Jengkol mengandung senyawa asam jengkolat yang berpotensi menjadi racun jika dikonsumsi dalam jumlah besar.
Risiko ini meningkat terutama jika jengkol dimakan dalam keadaan mentah atau setengah matang, yang dapat menyebabkan keracunan serius. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai risiko yang mungkin timbul ketika menikmati jengkol dalam porsi besar.
Minim pasokan, harga jengkol di Subang, Jawa Barat, naik lebih dari 100 persen. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas garam yang harganya melonjak 200 persen.
1. Gangguan Pencernaan
Mengonsumsi jengkol dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang serius, yang biasanya mulai dirasakan antara 5 hingga 12 jam setelah dikonsumsi. Gejala yang sering muncul meliputi rasa nyeri di perut, mual, muntah, dan diare. Dalam beberapa kasus, keracunan jengkol dapat menyebabkan rasa sakit saat buang air kecil dan bahkan munculnya darah dalam urine.
Keracunan jengkol ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat daya tahan tubuh seseorang, keasaman lambung, cara pengolahan jengkol, dan seberapa banyak jengkol yang dikonsumsi. Menurut para ahli kesehatan, biji jengkol yang masih mentah mengandung asam jengkolat aktif yang dapat meningkatkan risiko keracunan.
2. Risiko Penyakit Ginjal
Mengkonsumsi jengkol secara berlebihan dapat berdampak negatif jangka panjang pada kesehatan ginjal. Kristal asam jengkolat berpotensi mengendap di saluran kemih, menyebabkan penyumbatan dan rasa nyeri yang luar biasa. Walaupun penelitian yang pasti belum tersedia, banyak yang meyakini bahwa penumpukan kristal ini adalah faktor utama di balik gangguan ginjal yang dialami oleh beberapa pecinta jengkol.
Menurut informasi dari situs resmi RSUP Mohammad Hoesin Palembang, dalam kasus yang serius, pasien bisa mengalami penurunan drastis dalam produksi urine atau bahkan tidak dapat buang air kecil sama sekali. Oleh karena itu, bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ginjal, dianjurkan untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi jengkol.
3. Bau Mulut dan Bau Urine
Salah satu efek samping dari mengonsumsi jengkol adalah munculnya bau mulut yang khas serta aroma tajam pada urine. Bau ini disebabkan oleh kandungan asam jengkolat yang tidak hanya mempengaruhi napas, tetapi juga menyebabkan urine berbau menyengat. Biasanya, aroma yang kuat ini dapat bertahan selama beberapa jam hingga sepanjang hari setelah menikmati jengkol.
Untuk mengurangi bau yang kurang sedap ini, Anda dapat mencoba menyikat gigi atau berkumur setelah makan jengkol. Meski demikian, cara ini mungkin tidak sepenuhnya menghilangkan aroma tersebut karena asam jengkolat sudah beredar di dalam sistem tubuh Anda.
4. Potensi Gangguan Kesadaran
Dalam kasus keracunan jengkol yang parah, ada risiko serius terhadap kesadaran, termasuk kemungkinan hilangnya kesadaran. Gejala ini sangat terkait dengan gangguan ginjal akut. Jika tidak segera ditangani, keracunan dapat memburuk, menyebabkan perubahan warna urine menjadi merah atau penurunan drastis dalam produksi urine.
Keracunan jengkol yang berat memerlukan perhatian medis segera untuk mencegah terjadinya komplikasi serius. Sebagai langkah pertolongan pertama, disarankan untuk memperbanyak minum air dan mengonsumsi natrium bikarbonat, yang dapat membantu mengurangi gejala yang muncul.
Tips Mencegah Keracunan Jengkol
Untuk menghindari risiko yang terkait dengan konsumsi jengkol, terdapat beberapa langkah pencegahan yang perlu diperhatikan:
1. Memasak Jengkol dengan Matang
Penting untuk memastikan jengkol dimasak hingga matang sebelum dikonsumsi. Proses memasak yang tepat dapat mengurangi kadar asam jengkolat aktif yang berpotensi menyebabkan keracunan.
2. Mengonsumsi Jengkol dalam Jumlah yang Wajar
Hindari mengonsumsi jengkol dalam porsi besar sekaligus. Mengontrol jumlah konsumsi sangat penting, terutama bagi individu yang memiliki masalah kesehatan tertentu.
3. Tidak Mengonsumsi Jengkol saat Perut Kosong
Jangan konsumsi jengkol saat perut kosong. Hal ini dapat mempercepat risiko keracunan dan menimbulkan dampak negatif pada kesehatan.
4. Meningkatkan Asupan Air Putih
Memperbanyak minum air putih setelah mengonsumsi jengkol dapat membantu proses detoksifikasi tubuh. Air putih berperan penting dalam menjaga keseimbangan cairan dan mendukung kesehatan pencernaan.
Apakah makan jengkol bisa menyebabkan penyakit serius?
Meskipun jengkol memiliki cita rasa yang unik, konsumsi berlebihan dapat berakibat serius, seperti risiko keracunan dan gangguan pada fungsi ginjal.
Bagaimana cara menghilangkan bau mulut setelah makan jengkol?
Untuk mengurangi bau mulut, Anda dapat menyikat gigi dan berkumur. Namun, perlu diingat bahwa aroma urine mungkin masih akan tercium untuk sementara waktu.
Berapa banyak jengkol yang aman untuk dikonsumsi?
Tidak ada batasan yang tegas, namun mengonsumsi dalam jumlah yang sedikit dan tidak berlebihan umumnya dianggap aman bagi kebanyakan orang.
Apakah jengkol aman untuk penderita ginjal?
Jika Anda memiliki masalah ginjal, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menikmati jengkol. Hal ini karena jengkol mengandung asam jengkolat yang dapat berdampak pada kesehatan ginjal Anda.
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.