Terungkap, Cara Kerja Thromboelastography (TEG) yang Ungkap Rahasia Pembekuan Darah

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, pernahkah Anda mendengar tentang Thromboelastography (TEG)? Ini adalah metode canggih yang merevolusi cara kita memahami proses pembekuan darah. Pemeriksaan ini memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana darah Anda membentuk dan memecah bekuan.

Berbeda dengan tes koagulasi tradisional yang hanya memberikan gambaran statis, TEG mampu menganalisis seluruh proses hemostasis secara dinamis. Tes konvensional hanya memberikan gambaran sebagian dari proses pembekuan darah. Dengan begitu, dokter dapat mendeteksi risiko perdarahan atau pembekuan abnormal lebih akurat.

Artikel ini akan mengupas tuntas cara kerja Thromboelastography, mulai dari definisi, mekanisme pengukuran, parameter kunci, hingga keunggulannya. Mari kita selami lebih dalam dunia pemeriksaan darah yang inovatif ini.

Thromboelastography (TEG) adalah metode pengujian non-invasif yang secara kuantitatif mengukur kemampuan darah utuh untuk membentuk bekuan. Tes in vitro ini mendeteksi serta mengukur perubahan dinamis pada sifat viskoelastik sampel darah selama proses pembekuan di bawah tegangan geser rendah.

Bersama dengan rotational thromboelastometry (ROTEM), TEG merupakan uji hemostatik viskoelastik yang memberikan penilaian komprehensif terhadap hemostasis. Ini mencakup pembentukan bekuan fibrin (koagulasi), kontribusi trombosit terhadap kekuatan bekuan (fungsi trombosit), dan pemecahan bekuan (fibrinolisis).

Pemeriksaan TEG dilakukan menggunakan sistem khusus yang disebut tromboelastograf. Sistem ini umumnya memiliki dua ruang untuk memeriksa sampel darah secara duplikat, guna mengurangi potensi kesalahan pengambilan sampel atau pengukuran.

Setiap ruang dilengkapi platform dengan cawan sekali pakai tempat sampel darah ditempatkan, serta pin deteksi yang digantung di tengahnya. Pin ini terhubung ke kawat torsi yang tersambung dengan transduser mekanik-elektrik.

Proses pengukuran dimulai saat sampel darah utuh dimasukkan ke dalam cawan yang dipanaskan hingga 37°C. Cawan kemudian berputar bolak-balik dalam busur terbatas (sekitar 4°45' setiap 5 detik), meniru aliran vena yang lambat dan mengaktifkan koagulasi.

Ketika darah mulai membeku, bekuan akan terbentuk di sekitar pin deteksi dan menempel padanya. Pergerakan cawan akan mentransmisikan torsi ke pin, yang mencerminkan perkembangan jaring fibrin dan komponen trombosit bekuan. Semakin kuat bekuannya, semakin tinggi amplitudo gerakan pin. Gerakan pin ini diubah menjadi sinyal listrik oleh transduser, lalu diproses komputer untuk menghasilkan keluaran grafis dan numerik. Saat fibrinolisis terjadi, bekuan mulai larut dan kontak dengan pin berkurang, menghasilkan grafik tromboelastogram yang menunjukkan amplitudo gerakan pin seiring waktu.

Sahabat Fimela perlu tahu, ada dua jenis utama uji viskoelastik komersial yang tersedia: Thromboelastography (TEG) dan Rotational Thromboelastometry (ROTEM). Keduanya memiliki prinsip dasar serupa namun dengan perbedaan mekanisme.

Pada sistem TEG, cawan yang berisi sampel darah akan berputar dalam busur terbatas (±4°45′ setiap 5 detik), sementara pin deteksi tetap stabil. Sebaliknya, pada ROTEM, cawan tidak bergerak, namun sistem pin/kawat transduser yang berosilasi perlahan (±4°45′ setiap 6 detik).

Penting untuk diingat bahwa hasil dari TEG dan ROTEM tidak dapat dibandingkan secara langsung. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktivator koagulasi yang berbeda dalam kedua sistem tersebut.

Analisis kuantitatif TEG mencakup pengukuran beberapa parameter utama yang memberikan gambaran lengkap tentang proses pembekuan darah. Berikut adalah parameter-parameter penting yang perlu Sahabat Fimela ketahui:

• R (Reaction Time / Waktu Reaksi): Ini adalah waktu dari awal tes hingga pembentukan fibrin awal (amplitudo 2mm). Parameter R mencerminkan waktu inisiasi pembekuan dan aktivitas faktor koagulasi. R yang memanjang dapat mengindikasikan defisiensi faktor koagulasi atau adanya antikoagulan.
• K (Kinetics / Waktu Kinetik): Mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat kekuatan bekuan tertentu (amplitudo 20mm). K mencerminkan kecepatan pembentukan bekuan awal setelah pembentukan fibrin dan bergantung pada akumulasi fibrinogen. K yang memanjang dapat menunjukkan defisiensi atau disfungsi fibrinogen.
• Alpha Angle (Sudut Alfa): Parameter ini mengukur kecepatan pembentukan fibrin dan ikatan silang, yang menilai laju pembentukan bekuan. Sudut yang lebih curam menandakan pembentukan bekuan yang lebih cepat dan kuat. Sudut alfa yang berkurang bisa mengindikasikan hipofibrinogenemia.
• MA (Maximum Amplitude / Amplitudo Maksimum): MA mewakili kekuatan akhir bekuan fibrin, atau stabilitas bekuan secara keseluruhan. Ini mencerminkan kontribusi gabungan trombosit, fibrinogen, dan faktor pembekuan lainnya. MA yang rendah dapat menunjukkan trombositopenia atau disfungsi trombosit.
• LY30 (Lysis at 30 minutes / Lisis pada 30 menit): Parameter ini mengukur persentase pemecahan bekuan yang terjadi 30 menit setelah mencapai amplitudo maksimum. LY30 memberikan wawasan tentang kemampuan bekuan untuk menahan pemecahan dan aktivitas fibrinolisis. Peningkatan LY30 menunjukkan hiperfibrinolisis.

Thromboelastography (TEG) menawarkan penilaian hemostasis yang jauh lebih komprehensif dibandingkan tes koagulasi berbasis plasma tradisional. Tes seperti waktu protrombin (PT) dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi (aPTT) hanya memberikan gambaran statis tentang kemampuan pembekuan.

Berbeda dengan tes konvensional, TEG menganalisis seluruh proses koagulasi dalam darah utuh, bukan hanya plasma. Pendekatan ini memungkinkan TEG untuk menilai fungsi trombosit, kekuatan bekuan, dan fibrinolisis, yang tidak dapat diukur oleh PT atau aPTT.

Dengan memberikan gambaran dinamis tentang pembentukan dan pemecahan bekuan, TEG membantu dokter membuat keputusan terapi yang lebih tepat, terutama dalam kasus perdarahan atau trombosis yang kompleks.

Prosedur umum untuk melakukan pemeriksaan TEG atau ROTEM cukup standar. Sahabat Fimela, berikut adalah langkah-langkah pelaksanaannya:

1. Memipet volume spesifik sampel darah utuh ke dalam cawan instrumen.
2. Menambahkan aktivator yang sesuai, seperti kaolin atau faktor jaringan, ke dalam sampel darah.
3. Memulai tes dan membiarkan instrumen melakukan analisis secara otomatis.
4. Instrumen akan terus memantau sifat viskoelastik bekuan yang berkembang dan menghasilkan jejak TEG atau ROTEM sebagai output grafis.